Bing Sang Bintang

Setelah sohor sebagai penyanyi dan pelawak, Bing Slamet sukses bermain film. Merampungkan film meski kesehatannya memburuk. Tak sempat menyaksikan film terakhirnya.

OLEH:
Aryono
.
Bing Sang BintangBing Sang Bintang
cover caption
Bing Slamet bermain dalam film Koboi Cengeng (1974). (Perpusnas RI).

BERHASIL mengocok perut banyak orang, kelompok lawak Los Gilos, beranggotakan Mang Cepot, Mang Udel, dan Bing Slamet, merambah dunia film pada 1956. Mereka tampil dalam Raja Karet Dari Singapura. Sejumlah pelawak seperti Kuncung, Poniman, D. Harris, dan Srimulat ikut beradu akting. Alih-alih meraup sukses, film ini justru dipertanyakan mutunya. Secara komersial, film ini tak laku. Tapi Bing tak kapok main film.

Tahun 1957, Nya’ Abbas Akub, sutradara muda, mempersiapkan film keduanya, Tiga Buronan. Film ini diproduksi Perfini Jakarta. Bing menjadi salah satu pemerannya. Selagi proses produksi, Nya’ Abbas didatangi produser. Ia diberi tahu soal kelakuan Bing. “Hati-hati sama dia, orangnya tidak disiplin,” ujar produser itu.

Nya’ Abbas pun bimbang karena Bing bukan cuma pemeran, tapi juga tokoh utama. Belum lagi ada cibiran publik. Nya’ Abbas dianggap menggunakan popularitas Bing semata. Sebelumnya, Bing lebih sohor sebagai penyanyi atau pelawak.

BERHASIL mengocok perut banyak orang, kelompok lawak Los Gilos, beranggotakan Mang Cepot, Mang Udel, dan Bing Slamet, merambah dunia film pada 1956. Mereka tampil dalam Raja Karet Dari Singapura. Sejumlah pelawak seperti Kuncung, Poniman, D. Harris, dan Srimulat ikut beradu akting. Alih-alih meraup sukses, film ini justru dipertanyakan mutunya. Secara komersial, film ini tak laku. Tapi Bing tak kapok main film.

Tahun 1957, Nya’ Abbas Akub, sutradara muda, mempersiapkan film keduanya, Tiga Buronan. Film ini diproduksi Perfini Jakarta. Bing menjadi salah satu pemerannya. Selagi proses produksi, Nya’ Abbas didatangi produser. Ia diberi tahu soal kelakuan Bing. “Hati-hati sama dia, orangnya tidak disiplin,” ujar produser itu.

Nya’ Abbas pun bimbang karena Bing bukan cuma pemeran, tapi juga tokoh utama. Belum lagi ada cibiran publik. Nya’ Abbas dianggap menggunakan popularitas Bing semata. Sebelumnya, Bing lebih sohor sebagai penyanyi atau pelawak.

Nya’ Abbas ambil keputusan. Dia coba mengenal Bing lebih dekat. Dia meluangkan waktu khusus berbicara empat mata dengan Bing. Dia bercerita tentang pengalamannya kala masa revolusi. Kepada Bing, dia bilang turut berjuang bersama Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) di Jember, Jawa Timur. Bing tertarik dan mulai menaruh perhatian terhadap lakonnya dalam Tiga Buronan.

Dalam film, Bing sama sekali tak melucu. Karena itu, Bing heran banyak orang tertawa usai menonton Tiga Buronan. Tapi itu tak soal. Toh film ini mampu menyabet salah satu penghargaan Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1960 untuk kategori aktris pembantu. Apalagi film ini dicetak ulang. “Kalau begitu, film itu telah memenuhi selera penonton,” ujar Bing, dikutip Mimbar, 25 November 1971.

Mimbar mencatat beberapa film awal yang dibintangi Bing. Antara lain Disimpang Jalan pada 1953, Radja Boksen, Bing Slamet Tukang Becak (Golden Arrow), Hari Libur (Anom Pictures), Hancurnya Petualang (Sarinande), 2 x 24 Jam (Citra Dewi), Rakit (Sandy Suwardy).

Alhasil, cap bintang film mulai lekat pada Bing. Tawaran bermain film pun berdatangan. Tak tanggung-tanggung, langsung dari India. Dua produser, Binarol dan MT Pandee, mengajak Bing bermain dalam film produksi mereka. Tawaran ini diterima Bing tatkala dia menjadi delegasi Indonesia dalam Festival Film Asia Afrika di Kairo pada 1960, seperti ditulis Varia, April 1960.

Nya’ Abbas Akub. (Ed Zoelverdi/Perpusnas RI).

Selalu Kwartet

Tahun-tahun berikutnya, tawaran main film terus berdatangan. Namun, Bing tak ingin muncul sendirian. Bing ingin anggota Kwartet Jaya juga ikut tampil. “Mungkin karena kami berempat, maka dianggap mahal. Saya ingin main film secara penuh, bukan nongol sebentar, kaya ingus,” ujar Bing kepada Mimbar.

Keinginan Bing terpenuhi. Kwartet Jaya tampil dalam film Bing Slamet Setan Djalanan. “Cerita Bing Slamet Setan Djalanan ini terjadi pada waktu ramainya geng-geng di Jakarta,” tulis Berita Yudha, 1972. Dalam film ini, Bing berjuluk The Boss. Dia pemimpin sebuah geng, Maut Club, yang beranggota Ateng, Iskak, Benyamin, Vivi Sumanti, dan Neny Triana.

Film ini produksi pertama PT Safari Sinar Sakti Film, yang didirikan Bing Slamet bersama Edy Sud dan Butjuk Suharto. Sukses film pertama, Kwartet Jaya ketagihan. Mereka bermain film lagi, Bing Slamet Dukun Palsu. Disutradarai Motinggo Boesje, film ini berkisah tentang penipuan seorang dukun. Bing yang memerankannya.

Akting Bing di film ini tampak kian matang. Tolok ukurnya: penonton bisa hanyut dalam cerita. Menganggap Bing benar-benar seorang penjahat culas. Menurut Indro Warkop, pelawak yang mengidolakan Bing, “Kita menjadi percaya Bing itu sosok yang pintar, tapi sering nipu. Sorot matanya… Itu gila.” Karena itu, Indro belajar akting dengan menonton film-film Bing, terutama film komedinya.

Waktu para penonton membanjiri berbagai gedung yang mempertunjukkan Koboi Cengeng, kondisi Bing sudah amat buruk.

Film Terakhir

Bing tak hanya andal dalam urusan film komedi. Selepas membintangi banyak film komedi, Bing kembali berakting agak serius dalam Ambisi, sebuah film komedi musikal. Minus lawakan dan slapstick. Ini membuat banyak penggemarnya kecewa. Tapi Bing justru puas dengan aktingnya dalam film ini.

Dalam film ini, Bing beradu akting dengan sederet nama beken seperti Benyamin Sueb, Fifi Young, Eddy Sud, Anna Manthovani, Trio Bimbo, dan God Bless. Nya’ Abbas Akub menjadi sutradaranya. Dia menyerahkan tata suara film kepada Mus Mualim, suami Titiek Puspa.

Secara singkat, film ini berkisah mengenai perjalanan seorang gadis, diperankan Anna Manthovani, mengejar popularitas. Anna menggunakan beragam cara untuk meraih simpati Bing, penyiar radio, termasuk berpura-pura mencintai Bing. Bing terjerat siasat Anna. Istri Bing cemburu, sedangkan karier Anna kian melejit. Akting Bing dan Anna membantu film ini menyabet juara satu Film Terbaik dalam ajang Festival Film Surabaya.

Hasratnya untuk tak cuma melawak tapi juga bermain sebagai aktor kembali terpenuhi ketika membintangi film parodi tentang dunia cowboy, Bing Slamet Koboi Cengeng, garapan Nya’ Abbas Akub. Ketika film ini dikerjakan, Bing sudah sakit-sakitan. Nya’ Abbas Akub dalam obituarinya di Tempo, 28 Desember 1974, menulis, Bing sering mengeluhkan kakinya yang sakit tapi tak pernah melalaikan tugasnya. Sekalipun kesehatannya memburuk, dia ingin merampungkan film ini. Bahkan ketika produser memutuskan menunjuk orang lain untuk mengisi suaranya, Bing tersentak dari pembaringannya dan protes. Dengan dipapah, Bing yang kurus dan lesu itu mengisi suara hingga adegan terakhir.

“Waktu para penonton membanjiri berbagai gedung yang mempertunjukkan Koboi Cengeng, kondisi Bing sudah amat buruk –dia bahkan tidak pernah sempat menyaksikan film terakhirnya itu,” tulis Nya’ Abbas.

Bing mengakhiri pentas itu dengan manis. Film ini merengkuh gelar sebagai film terlaris pada 1974 dan film humor terbaik dalam Festival Film Indonesia 1975.*

Majalah Historia No. 11 Tahun I 2012

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
6577fbcecc29bba9c3ff2cac