Di Balik Skandal Putri Angkat Gubernur Jenderal VOC

Skandal putri angkat Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen menghancurkan karier sejumlah pejabat VOC di Batavia. Namun, alih-alih kehilangan jabatan, Anthony van Diemen justru berhasil menjadi gubernur jenderal.

OLEH:
Amanda Rachmadita
.
Di Balik Skandal Putri Angkat Gubernur Jenderal VOCDi Balik Skandal Putri Angkat Gubernur Jenderal VOC
cover caption
Jan Pieterszoon Coen. (Rijksmuseum Amsterdam).

KEMARAHAN Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen tak dapat dibendung. Putri angkatnya, Sara Specx, tertangkap basah melakukan perbuatan tak senonoh dengan Pieter Cortenhoeff, seorang pemuda berusia enam belas tahun, di kediamannya pada 1629. Sara yang berusia 12 tahun merupakan anak dari Jacques Specx, seorang anggota Raad van Indie (Dewan Hindia), dengan perempuan Jepang. Sementara Pieter merupakan putra dari saudagar senior Jacob Cortenhoeff dengan perempuan Burma.

Pada 1627, ketika Sara berusia 10 tahun dititipkan kepada Coen karena ayahnya harus kembali ke Belanda. Specx dipanggil para pemimpin VOC untuk memberikan informasi lengkap terkait perdagangan di Jepang. Bersama istrinya, Eva Ment, Coen yang puritan dan memegang teguh ajaran Calvinis, mendidik dan menanamkan pandangan moralnya kepada Sara.  

Coen dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan keras, terlebih dalam menyoroti moral orang-orang Eropa di wilayah koloni. Pendiri kota Batavia ini tak ragu menunjukkan ketidaksenangannya terhadap pergundikan, perzinaan, dan pelacuran. Tak heran, ketika mengetahui putri angkatnya melakukan perbuatan asusila, Coen langsung menuntut agar Sara dan Pieter dijatuhi hukuman mati.

KEMARAHAN Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen tak dapat dibendung. Putri angkatnya, Sara Specx, tertangkap basah melakukan perbuatan tak senonoh dengan Pieter Cortenhoeff, seorang pemuda berusia enam belas tahun, di kediamannya pada 1629. Sara yang berusia 12 tahun merupakan anak dari Jacques Specx, seorang anggota Raad van Indie (Dewan Hindia), dengan perempuan Jepang. Sementara Pieter merupakan putra dari saudagar senior Jacob Cortenhoeff dengan perempuan Burma.

Pada 1627, ketika Sara berusia 10 tahun dititipkan kepada Coen karena ayahnya harus kembali ke Belanda. Specx dipanggil para pemimpin VOC untuk memberikan informasi lengkap terkait perdagangan di Jepang. Bersama istrinya, Eva Ment, Coen yang puritan dan memegang teguh ajaran Calvinis, mendidik dan menanamkan pandangan moralnya kepada Sara.  

Coen dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan keras, terlebih dalam menyoroti moral orang-orang Eropa di wilayah koloni. Pendiri kota Batavia ini tak ragu menunjukkan ketidaksenangannya terhadap pergundikan, perzinaan, dan pelacuran. Tak heran, ketika mengetahui putri angkatnya melakukan perbuatan asusila, Coen langsung menuntut agar Sara dan Pieter dijatuhi hukuman mati.

Coen yang dua kali menjabat gubernur jenderal VOC segera memanggil para pejabat VOC di Batavia untuk membahas eksekusi mati kepada pasangan muda itu. Di hadapan advokat fiskal, Anthony van den Heuvel, dan dua anggota Raad van Indie, Pieter Vlack dan Anthony van Diemen, Coen ingin Pieter dipenggal dan putri angkatnya ditenggelamkan di dalam tong. Namun, van Diemen menentang hukuman eksekusi mati.

“Meskipun hukuman fisik yang kejam secara rutin dijatuhkan pada saat itu, hukuman yang dituntut oleh Coen dalam kasus yang melibatkan putri angkatnya ini dianggap terlalu keras oleh sebagian besar pejabat VOC di Batavia. Akibatnya, Raad van Justitie (Dewan Peradilan) pun mengulur-ulur waktu,” tulis Alfons van der Kraan dalam “Anthony van Diemen: From Bankrupt to Governor-General, 1593–1636 (Part I)”, termuat di The Great Circle, Vol. 26, No. 2 (2004).

Anthony van Diemen. (Rijksmuseum Amsterdam).

Menolak Hukuman Mati

Kendati Coen sebagai orang nomor satu di Batavia, tetapi ia tak bisa begitu saja memutuskan hukuman mati. Dalam sistem peradilan di Batavia, semua hukuman yang melibatkan hukuman mati tak hanya membutuhkan persetujuan gubernur jenderal, tetapi juga persetujuan para anggota Raad van Indie. Suasana tegang tak dapat dihindarkan ketika van Diemen menentang hukuman mati kepada Sara dan Pieter. Sebagai bentuk protes, ia menolak menandatangani Resolusi Dewan.

Menurut sejarawan W. Ph. Coolhaas dalam “Gegevens Over Antonio van Diemen”, termuat di Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, Deel 103, 3/4de Afl. (1946), ada beberapa faktor yang menyebabkan van Diemen menentang hukuman mati. Selain alasan kemanusiaan, Pieter merupakan anak buahnya. Anggota Raad van Indie itu juga memiliki hubungan persahabatan dengan keluarga pemuda tersebut.

Coolhaas menyebut hubungan persahabatan itu dapat dilihat dari sebuah surat yang dikirimkan sekretaris Amsterdam, Boudewijn Cortenhoeff kepada Specx. Di dalam surat tersebut Boudewijn yang merupakan paman Pieter menyebut van Diemen sebagai “mynen goeden vriend en speelgenoot” atau “teman dan sahabat yang baik”. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa ada hubungan yang sudah berlangsung lama antara van Diemen dan keluarga Cortenhoeff.

“Meski begitu, menurut pendapat saya, kecil kemungkinan van Diemen akan mengatakan alasannya menentang keputusan Coen; ia pasti menahan diri untuk tidak mengatakan kepada orang lain mengenai pembahasan hukuman mati ini,” tulis Coolhaas.

Makam Jan Pieterszoon Coen di Batavia, 1940-an. (KITLV).

Silang pendapat antara Coen dan van Diemen menuai sorotan karena keduanya memiliki hubungan yang dekat, baik sebagai rekan kerja maupun teman. Bagi Coen, van Diemen dapat diandalkan, terlepas reputasi buruknya di masa lalu. Coen bahkan melindungi van Diemen dari penilaian buruk para pemimpin VOC di Belanda ketika mereka mengetahui bahwa van Diemen memalsukan identitas ketika mendaftarkan diri menjadi pegawai VOC di wilayah koloni. Atas kinerjanya yang baik, Coen dengan cepat memberikan promosi kepada van Diemen.  

Van Diemen tiba di Batavia sebagai tentara biasa tahun 1618. Namun, dalam waktu kurang dari sepuluh tahun, ia menjadi salah seorang paling berpengaruh di Batavia usai diangkat Coen menjadi anggota Raad van Indie pada 1624. “Van Diemen tahu betul bahwa ia berutang budi dan seluruh kariernya kepada Coen; ia pun paham bahwa Coen bisa mengambil kembali semua yang dimilikinya kapan saja. Namun, karena hukuman itu bertentangan dengan hati nuraninya, van Diemen tidak ragu untuk menentang sang atasan,” tulis Coolhaas.

Van Diemen yang menolak menjatuhkan hukuman mati kepada Pieter dan Sara menyebabkan suara di Dewan Peradilan menjadi imbang. Coen kemudian mencari jalan lain untuk meloloskan keinginannya, ia mendesak Pieter Vlack yang merupakan saudara iparnya. Vlack menuruti permintaan Coen, dan akibatnya, hukuman mati disetujui dengan suara dua banding satu. Meski begitu, hukuman mati hanya dijatuhkan kepada Pieter, sementara Sara dihukum cambuk di depan umum.

Sehari setelah hukuman disetujui, Pieter yang ditahan di penjara bawah tanah dibawa ke tempat eksekusi dan dipenggal di atas perancah yang dipasang di depan kediaman Coen. Sara dipaksa menyaksikan eksekusi tersebut sebelum dibawa ke balai kota Batavia di mana, dengan pintu terbuka lebar, ia dicambuk di hadapan kerumuman tentara dan pelaut yang mencemoohnya.

Keberanian van Diemen menolak permintaan Coen menyebabkan hubungan keduanya menjauh. “Seperti yang diketahui oleh van Diemen, sangat berbahaya untuk berselisih dengan Gubernur Jenderal Coen karena dia adalah orang yang kuat, mendominasi, dan pendendam yang dapat dengan mudah menghancurkannya,” tulis van der Kraan.

Namun, beberapa hari setelah eksekusi Pieter dan penghinaan publik terhadap Sara, Coen jatuh sakit sehingga tidak dapat melanjutkan tugasnya. Selama Juli dan Agustus, kondisi Coen terus memburuk hingga pada 20 September 1629, setelah menderita keram yang parah, sang gubernur jenderal mengembuskan napas terakhirnya pada usia 42 tahun.

Jacques Specx. (Rijksmuseum Amsterdam).

Specx Mengganti Coen

Kematian Coen mengubah jalan hidup van Diemen. Mulanya banyak orang menyangka karier van Diemen telah berakhir setelah ia menolak permintaan Coen. Namun, setelah eksekusi yang terjadi justru sebaliknya.  

“Kebetulan sekali, pada hari ketika Gubernur Jenderal Coen terbaring sekarat di benteng Batavia, kapal Hollandia tiba dari Belanda dan salah seorang yang menumpang kapal itu adalah Jacques Specx, ayah dari Sara. Meskipun dapat dimengerti bahwa Specx sangat terpukul ketika mengetahui apa yang telah terjadi pada putrinya, namun pada awalnya ia tampaknya mampu menyembunyikan perasaannya,” tulis van der Kraan. Bahkan, Specx hadir dalam pemakaman Coen pada 22 September 1629.

Dua hari setelahnya, Raad van Indie mengadakan pertemuan untuk memilih pengganti Coen. Meski Coen telah diberi wewenang untuk menunjuk penggantinya, tetapi penunjukan belum dibuat dalam bentuk yang mengikat secara hukum. Muncul desas-desus bahwa Coen telah membisikan nama penggantinya kepada pendeta yang menemaninya saat sekarat. Namun, penunjukkan informal seperti itu tidak dapat diterima. Di sisi lain, Raad van Indie berpendapat bahwa jumlah mereka “terlalu sedikit” untuk melakukan tindakan penting seperti memilih gubernur jenderal dan kemudian memanggil tiga pejabat tinggi ke dalam pertemuan mereka untuk memberikan suara.

Van der Kraan menjelaskan ketika para pejabat VOC di Batavia berkumpul untuk menetukan pengganti Coen, Specx turut hadir dan dengan tenang mengajukan namanya ke dalam pencalonan. Selanjutnya, ia meminta para pejabat VOC untuk memberikan suara. Hasilnya, Specx mendapat suara terbanyak untuk menggantikan posisi Coen. Selain dipandang sebagai anggota Raad van Indie paling senior, terpilihnya Specx sebagai gubernur jenderal kemungkinan besar karena beberapa pejabat VOC merasa bersalah atas perlakuan yang diterima putrinya.  

“Mereka memilih Specx untuk menggantikan Jan Pieterszoon Coen sebagai Gubernur Jenderal VOC di Batavia dengan perbandingan suara delapan banding lima,” tulis van der Kraan.

Namun, setelah dilantik sebagai gubernur jenderal, Specx tak lagi menutupi amarahnya kepada sejumlah orang yang telah menyetujui permintaan Coen untuk menghukum Sara. Ia pun mulai membalas dendam. Kemarahannya yang paling besar ditujukan kepada dua hakim Raad van Justitite yang, atas desakan Coen, telah menjatuhkan hukuman kepada putrinya. Selain itu, Specx juga memaksa Dewan Gereja melarang tiga anggota Dewan Peradilan untuk mengikuti perjamuan suci di gereja. Hukuman ini dipandang cukup berat, mengingat hubungan erat antara Dewan Gereja dengan pihak VOC, yang dapat berakibat pada posisi mereka di Batavia.  

Saudara ipar Coen, Pieter Vlack, yang menyetujui hukuman berat kepada Sara juga harus membayar perbuatannya. Meski Specx tidak memiliki wewenang untuk memecatnya tanpa persetujuan Dewan Direksi VOC, ia memastikan karier Vlack di Hindia Belanda telah berakhir. Begitu absolutnya kekuasaan gubernur jenderal juga terlihat dari keputusan Specx yang mengasingkan pendeta ke sebuah kapal di pelabuhan karena mencoba membela ketiga anggota Dewan Hindia yang dilarang mengikuti perjamuan suci di gereja.

Hendrik Brouwer. (Rijksmuseum Amsterdam).

Van Diemen Mengganti Brouwer

Pada saat yang sama, van Diemen justru menjadi orang kepercayaan Specx. Tak hanya karena kecakapannya dalam menjalankan tugas, van Diemen yang menentang Coen, tentu menarik perhatian Specx dan menganggapnya sekutu. Sang gubernur jenderal pun mengandalkan van Diemen khususnya dalam memberikan penilaian untuk semua masalah administratif.  

Karier van Diemen merangkak naik. Pada pertengahan Maret 1632, van Diemen yang tengah berada di Belanda diundang rapat Dewan Direksi VOC di kota Middelburg, Zeeland. Dalam pertemuan ini, mereka mengatakan telah memutuskan untuk memanggil kembali Jacques Specx karena kinerjanya sebagai gubernur jenderal kurang memuaskan. Para pejabat VOC itu juga telah memutuskan Hendrik Brouwer yang lebih berpengalaman sebagai pengganti Specx.

Para direktur VOC bertanya kepada van Diemen apakah bersedia kembali ke Hindia Belanda sebagai direktur jenderal, pejabat tertinggi kedua setelah gubernur jenderal, yang akan menggantikan Brouwer setelah berakhirnya masa jabatan tiga tahun yang telah disepakati.  

“Van Diemen kini memiliki prospek yang masuk akal untuk mencapai jabatan tertinggi di Hindia Belanda. Tawaran ini terlalu bagus untuk ditolak. Oleh karena itu, ia setuju kembali ke Hindia Belanda dan beberapa bulan kemudian, pada akhir November 1632, van Diemen berlayar dengan kapal Amsterdam menuju Batavia bersama sang istri dan beberapa kerabatnya,” tulis van der Kraan.

Seperti dengan Coen dan Specx, van Diemen juga menjalin hubungan baik dengan Brouwer. Oleh karena itu, pada akhir tahun 1635 ketika masa jabatan tiga tahun berakhir, Brouwer secara sukarela mengundurkan diri dan digantikan oleh van Diemen, yang secara resmi dilantik sebagai jabatan gubernur jenderal pada 1 Januari 1636.*

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
667a2dfedd86f1e94028b058