Genoa, Wajah Lain Italia

Kalah pamor dengan Roma atau Venezia. Namun, tak kalah megah jejak masa lalunya berkat Christopher Columbus, kekuatan maritim, perdagangan, serta lanskap dan kebudayaannya.

OLEH:
Calosa K
.
Genoa, Wajah Lain ItaliaGenoa, Wajah Lain Italia
cover caption
Suasana malam di Genoa, Italia. (Calosa K/Historia.ID).

KERETA cepat antarkota seakan ingin bermain di tepi laut; begitu dekat. Dari balik jendela, saya melihat warna biru laut yang begitu jernih beradu dengan warna biru langit yang dipantulkannya. Saya tak bisa melepaskan pandangan ketika kereta terus bergerak sepanjang pesisir Laut Liguria, menyusuri apa yang dikenal oleh dunia sebagai Italian Riviera.

Riviera, dalam bahasa Inggris, dikenal sebagai istilah untuk menyebut daerah pesisir beriklim relatif hangat yang populer sebagai tujuan wisata. Namun, sebenarnya kata ini berasal dari bahasa Italia dan merujuk pada daerah pesisir Liguria yang membentang di barat laut Italia, berbatasan langsung dengan Prancis. 

Liguria adalah sebuah region, satu tingkat di atas provinsi, yang menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan karena kekayaan lanskapnya. Terkenal dengan panorama memukau, desa-desa nelayan yang indah, sudut-sudut yang romantis dan unik, lengkap dengan keragaman alam dan arsitekturnya.

KERETA cepat antarkota seakan ingin bermain di tepi laut; begitu dekat. Dari balik jendela, saya melihat warna biru laut yang begitu jernih beradu dengan warna biru langit yang dipantulkannya. Saya tak bisa melepaskan pandangan ketika kereta terus bergerak sepanjang pesisir Laut Liguria, menyusuri apa yang dikenal oleh dunia sebagai Italian Riviera.

Riviera, dalam bahasa Inggris, dikenal sebagai istilah untuk menyebut daerah pesisir beriklim relatif hangat yang populer sebagai tujuan wisata. Namun, sebenarnya kata ini berasal dari bahasa Italia dan merujuk pada daerah pesisir Liguria yang membentang di barat laut Italia, berbatasan langsung dengan Prancis. 

Liguria adalah sebuah region, satu tingkat di atas provinsi, yang menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan karena kekayaan lanskapnya. Terkenal dengan panorama memukau, desa-desa nelayan yang indah, sudut-sudut yang romantis dan unik, lengkap dengan keragaman alam dan arsitekturnya. 

Pesisir Liguria terbagi menjadi dua sektor yang berbeda. Sisi sebelah barat membentang dari tengah Liguria sampai ke perbatasan Prancis, dikenal sebagai Riviera di Ponente, yang memiliki pantai luas. Sedangkan sisi sebelah timur dikenal sebagai Riviera di Levante, memiliki kontur alam yang lebih bervariasi seperti tebing-tebing curam di pinggir laut. 

Kereta terus bergerak melewati kota-kota kecil di sepanjang pesisir dengan rumah-rumah khas Italia yang berwarna-warni. Rumah-rumah ini berada pada ketinggian yang berbeda-beda, seakan bertumpuk dan berbaris, menyatu dengan kontur alamnya. Setelah berhenti di beberapa stasiun, tujuan saya telah tiba: Genoa, ibukota Liguria. 

Keluar dari stasiun Genova Piazza Principe, stasiun utama kota Genoa, saya disambut patung besar Christopher Columbus yang berdiri menjulang di Piazza Acquaverde, salah satu alun-alun kota.

Bangunan-bangunan tersusun rapi di perbukitan menghadap langsung ke laut. (Calosa K/Historia.ID).

Putra Kebanggaan Genoa 

Christopher Columbus, seorang penjelajah masyhur, lahir di kota Genoa pada 1451. Dia mulai berlayar pada usia remaja dengan bekerja di sebuah kapal dagang. Perjalanan ini hampir menamatkan riwayatnya ketika kapal yang ditumpanginya diserang kapal Prancis dan membuatnya terdampar di Portugal. Dia pun akhirnya sampai di Lisbon dan memulai kehidupan baru di sana. 

Kala itu perdagangan rempah-rempah, komoditas terpenting, dikuasai India dan Tiongkok. Timbullah hasrat dari para penjelajah untuk mengarungi samudra demi menemukan kepulauan rempah-rempah. Jalur Asia sulit dicapai karena harus melewati daerah Timur Tengah yang didominasi kaum muslim. Para penjelajah pun memilih berlayar ke arah selatan, berputar melewati Afrika. 

Columbus memiliki ide lain, berlayar dari Eropa ke arah barat untuk mencapai Asia di timur. Setelah ditolak penguasa Portugal, ide pelayarannya mendapat dukungan dari Kerajaan Spanyol. Columbus pun memulai pelayarannya. Alih-alih menemukan kepulauan rempah-rempah, dia mendarat di Amerika. 

Kendati dikenal di seluruh dunia, Columbus bukanlah orang Eropa pertama yang menginjakkan kaki di daratan Amerika. Bukan pula penemu Amerika. Tapi dia berdiam dan mengeksplorasi Amerika. Dan kegigihannya ini kelak menjadi batu loncatan bagi para penjelajah selanjutnya yang mengarungi lautan dan mengeksplorasi Amerika, seperti John Cabot dan Amerigo Vespucci.

Rumah tempat Christopher Columbus dilahirkan dan dibesarkan. (Calosa K/Historia.ID).

Pada abad ke-19 muncul keraguan apakah benar Columbus berasal dari Genoa. Selain karena dia berlayar dari Spanyol, hampir semua catatan yang ditinggalkannya ditulis dalam bahasa Spanyol, bukan bahasa ibunya, bahasa Genoa. 

Namun, berdasarkan studi dokumen-dokumen sejarah dan studi linguistik, para sejarawan dunia menyimpulkan kalau Christopher Columbus, yang dalam bahasa Italia ditulis Cristoforo Colombo, memang lahir dan besar di Genoa dari keluarga kelas menengah, anak seorang penenun wol.

Rumah yang diklaim sebagai tempat tinggal masa kecilnya masih berdiri di kota Genoa. Ia berada di Via Porta, di kaki Porta Soprana, salah satu gerbang kota yang dibangun pada Abad Pertengahan. Rumah ini sudah mengalami banyak perubahan, terutama setelah mendapat serangan bom dari Prancis pada abad ke-17. Rumah yang ada sekarang adalah hasil rekonstruksi yang dilakukan pada abad ke-18. 

Rumah Columbus berada di tengah kota, terletak di salah satu alun-alun kota. Ia dekat dengan area parkir publik, area kota tua, dan area kehidupan malam kota Genoa. Tak heran jika rumah ini kerap dijadikan tempat pertemuan para penduduk, terutama kaum muda. 

Columbus juga meninggalkan banyak jejak di berbagai penjuru kota Genoa. Namanya diabadikan menjadi nama resmi bandara udara kota Genoa, sebuah sekolah menengah, juga jalan dan piazza (alun alun). Berbagai karya seni patung dan relief Columbus pun menghiasi sudut- sudut kota. 

Dari Piazza Acquaverde, saya bergerak ke arah pelabuhan menuju tepi laut. 

Kapal-kapal yang parkir di sepanjang pelabuhan. (Calosa K/Historia.ID).

Kota Maritim

Jauh sebelum Columbus dilahirkan, Genoa adalah salah satu kekuatan maritim terbesar dan terkuat di kawasan Mediterania. Republik Genoa berdiri pada awal abad ke-11, terdiri dari kota Genoa dan sekitarnya. Ekspansi dimulai sejak keikutsertaannya dalam Perang Salib yang membawa kekuasaan dan kekayaan berlimpah bagi Genoa. Pada abad ke-12, kota ini menjadi pusat jalur perdagangan. 

Genoa mengalami masa kejayaan pada abad ke-16 ketika Laksamana Andrea Doria melakukan aliansi dan menjadikan Genoa sebagai kota satelit bagian dari Kerajaan Spanyol. Pada masa ini Genoa menikmati kesuksesan di Eropa terutama karena investasi skala besar. Pada masa inilah dibangun banyak palazzo (istana) megah yang masih berdiri hingga hari ini. 

Terdapat 42 istana di Genoa yang tergabung dalam sistem Palazzi dei Rolli, yaitu istana-istana yang bersedia dan memenuhi standar sebagai tempat persinggahan kaum bangsawan yang berkunjung ke Republik Genoa ketika itu. 42 istana ini tercatat sebagai bagian dari UNESCO World Heritage pada 2006. 12 istana berada di Strada Nuova (Jalan Baru), saat ini berganti nama menjadi Via Garibaldi, yang terletak di kawasan kota tua Genoa. Tiga istana terpenting, Palazzo Rosso, Palazzo Bianco, dan Palazzo Tursi, saat ini digabung menjadi satu museum. 

Seiring pergantian abad, Genoa mengalami masa jatuh-bangun. Pada abad ke-17, Genoa dikuasai berbagai penguasa Eropa, salah satunya Prancis yang dipimpin Napoleon Bonaparte. Dua abad kemudian Jenderal Giuseppe Garibaldi bertolak dari Genoa untuk memimpin revolusi yang berujung pada unifikasi Kerajaan Italia pada 1861 sebelum berganti menjadi Republik Italia pada 1946. 

Genoa, sebagai kota maritim-industri dan kota pelabuhan pertama di Italia, menjadi sasaran serangan laut dan udara dari Sekutu ketika Italia melibatkan diri dalam Perang Dunia II. Kota hancur. Pelabuhan rusak parah dan tak bisa digunakan. Setelah restorasi besar-besaran pascaperang, Genoa kembali memegang peranan penting dalam perekonomian Italia. Ia menjadi bagian dari segitiga industrial bersama Milan dan Turin. 

Salah satu sudut kota Genoa. (Calosa K/Historia.ID).

Di Piazza de Ferarri, alun-alun utama kota Genoa, berdiri banyak institusi ekonomi penting seperti bursa saham, bank, dan perusahaan asuransi, yang sudah berdiri sejak abad ke-19. Di sini pula berdiri bangunan-bangunan megah seperti gedung opera Teatro Carlo Felice, Ligurian Academy of Arts (berdiri sejak 1741), istana Palazzo Ducale (dibangun pada abad ke-16, saat ini difungsikan sebagai museum), serta sebuah fontana (air mancur) yang dibangun pada 1936 dan saat ini dikenal sebagai salah satu simbol kota. 

Meski terkesan kuno dan formal, Piazza de Ferarri menjadi tempat berkumpul warga kota dan anak-anak muda. Warga kota juga kerap menggelar beragam acara di sini, seperti parade dan panggung kesenian. 

Dari pusat kota, saya menyusuri jalan menuju daerah pelabuhan. Di hadapan saya terhampar lautan dengan kapal-kapal berbaris parkir di tepi pelabuhan. Eloknya, ketika membalikkan badan, terlihat jejeran rumah dan bangunan berbaris menumpuk dengan rapi mengikuti kontur perbukitan. Perbukitan ini di masa lampau menjadi salah satu benteng pertahanan kota dari serangan musuh. 

Saya terus berjalan diiringi kerlip lampu kapal yang berpadu dengan kerlip lampu kota. Langkah kaki terhenti ketika terdengar alunan musik anak muda terkini yang membahana. Saya telah sampai di kawasan Porto Antico. 

Keramaian di Piazza de Ferarri. (Calosa K/Historia.ID).

Wajah Baru

Porto Antico, salah satu pelabuhan tua kota Genoa, mengalami restorasi besar-besaran pada 1992 untuk menyambut Columbian Celebration atau dikenal juga dengan Genoa Expo ‘92, perayaan 500 tahun ekspedisi Christopher Columbus ke daratan Amerika. Proyek besar ini digawangi Renzo Piano, arsitek kenamaan dunia kelahiran Genoa. Dalam rancangannya, Piano bukan hanya membangun sesuatu untuk acara perayaan sesaat tapi dapat berguna bagi wajah kota di masa mendatang. Hasilnya, di Porto Antico berdiri bangunan-bangunan yang menjadi landmark modern kota Genoa. 

Yang pertama tertangkap mata saya adalah Il Bigo, struktur gigantis menyerupai derek yang biasa ditemui di kapal-kapal kargo. Rancangan eksperimental Piano ini dilengkapi lift gantung yang bisa naik hingga ketinggian 40 meter untuk menikmati panorama kota secara 360 derajat. Tepat di sebelah Il Bigo terdapat Piazza delle Feste yang sebagian areanya dinaungi struktur tenda bentang lebar. Bangunan ini dimanfaatkan sebagai arena serbaguna untuk acara musik, olahraga, atau pameran, sekaligus area bermain ice-skating pada musim dingin. 

Tak berapa jauh, ada Acquario di Genova, akuarium terbesar di Italia dan salah satu yang terbesar di Eropa. Koleksinya termasuk 6.000 spesimen dari 600 jenis spesies laut. Ada juga La Biosfera (Bola Kaca), terletak berdekatan dengan Akuarium Genoa, yang dibangun dalam rangka Konferensi G8 pada 2001. Bola kaca besar ini menaungi lebih dari 150 varietas tanaman dan hewan, termasuk burung, amfibi, reptil, dan serangga. 

Il Bigo dan Piazza delle Feste di Porto Antico. (Calosa K/Historia.ID).

Saya memilih duduk di sekitar Piazza delle Feste sambil menikmati focaccia genovese, roti tipis berbentuk persegi panjang khas kota Genoa. Tak jauh dari tempat saya duduk, berdiri sebuah panggung pertunjukkan kecil. Orang-orang berkerumun dan berdansa menikmati alunan musik. Sebuah bar-restoran dengan nama catchy, Banano Tsunami, dipenuhi anak-anak muda yang menghabiskan malam. 

Proyek peremajaan kawasan ini bukan hanya memberikan wajah baru pada pelabuhan yang berusia ribuan tahun ini, tetapi juga menyuntikkan semangat baru, membuat tempat ini menarik bagi turis dan sarana berkumpul masyarakat setempat. 

Rasanya tak lengkap jika mengunjungi sebuah kota yang terletak di Italian Riviera tanpa menginjakkan kaki di pantai. Maka, keesokan harinya saya bergerak ke arah timur kota untuk menyusuri Corso Italia, promenade utama kota Genoa. Jalan sepanjang 2,5 kilometer membentang di pesisir Laut Liguria. 

Saat itu belum memasuki musim panas sehingga daerah pantai belumlah terlalu ramai, saat yang pas untuk menikmati udara dan suara debur ombak sambil menyusuri jalan. Mata seakan tak ingin melepaskan pandangan dari jernih biru laut. Dari kejauhan, di sebelah timur, tampak Semenanjung Portofino, satu dari sekian banyak desa nelayan yang indah di region Liguria yang dapat dicapai dalam waktu singkat dengan kereta dari kota Genoa. 

Bisa jadi Genoa saat ini kalah pamor dalam peta pariwisata dunia dengan Roma dan Venesia. Namun, Genoa menawarkan wajah lain Italia yang tak kalah menarik: sejarah panjang sebagai kota pelabuhan dalam atmosfer keindahan Italian Riviera. Mengutip pujangga Italia Giorgio Caproni, Genova che non si dice, d’urti da non scordare –Genoa yang tak terkatakan, kejutan untuk tidak dilupakan.*

Majalah Historia No. 16 Tahun II 2013

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
6560055585a15bc1507571d5
X

Pengumuman

Website Historia.ID Premium akan dinonaktifkan per akhir Februari 2025 karena kami sedang melakukan migrasi konten ke website Historia.ID

Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.

Terima kasih
Historia.ID