Gert Oostindie: Perang Belanda di Indonesia, Salah!

Sejarawan Belanda ini mengatakan bahwa Belanda sebenarnya menjalankan perang yang tidak perlu. Perang itu salah. Namun, politik saat itu menyatakan harus perang.

OLEH:
Hendri F. Isnaeni
.
Gert Oostindie: Perang Belanda di Indonesia, Salah!Gert Oostindie: Perang Belanda di Indonesia, Salah!
cover caption
Gert Oostindie, guru besar sejarah Universitas Leiden Belanda. (Nugroho Sejati/Historia.ID).

INDIE verloren, rampspoed geboren (Hindia Belanda hilang, malapetakan menjelang). Semboyan inilah yang membuat Belanda tak rela kehilangan negeri koloninya: Indonesia. Belanda menafikan kemerdekaan Indonesia. Untuk merebut kembali Indonesia, Belanda mengerahkan ratusan ribu tentara. Lebih dari setengahnya pemuda berusia tak lebih dari 20 tahun. Mereka mengikuti wajib militer ke Indonesia. Indonesia tak sudi dijajah lagi. Kemerdekaan yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 harus dipertahankan sampai titik darah penghabisan.

“Politik saat itu menyatakan harus perang. Namun hari ini, publik Belanda menyadari bahwa itu adalah keputusan yang salah,” ujar Gert Oostindie, guru besar sejarah Universitas Leiden Belanda. 

Oostindie meneliti ribuan lembar dokumen subjektif yang ditulis langsung veteran perang Belanda saat bertugas di Indonesia. “Dokumen-dokumen ego” itu berupa buku harian, surat, kesaksian, dan memoir. Dari sumber sezaman tersebut terkuak dua hal yang kontradiktif: sejumlah kejahatan perang (war crime) yang dilakukan serdadu Belanda sekaligus beragam pahit getir yang dialami mereka. 

Menurut Oostindie, kebanyakan dari tentara itu sama sekali tak mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang Indonesia. Mereka cuma mengira-ngira saja, barangkali apa yang mereka lakukan dapat membantu kehidupan di sana (Indonesia). Setibanya di Indonesia, realitas berbicara lain. Rasa frustrasi melanda serdadu Belanda setibanya di Indonesia maupun sesudahnya. 

“Mereka diperintahkan pergi perang yang sebenarnya tak mereka inginkan. Setelah pulang, tak ada orang yang mau mendengar kisah mereka. Sebagian kalangan menganggap mereka sebagai pelaku kejahatan perang. Jarang dari mereka yang mengaku diri sebagai pahlawan,” ujar Oostindie.

Berikut wawancara Gert Oostindie dengan wartawan Historia, Hendi Jo, Martin Sitompul, dan Valeron Najoan (penerjemah), pertengahan September 2016.

Mengapa Anda tertarik meneliti tentara Belanda yang dikirim ke Indonesia?

Perang dekolonisasi dan hubungan Indonesia dengan Belanda merupakan episode menarik dari sejarah kedua negara. Sekarang, banyak orang yang mengatakan bahwa Belanda sebenarnya tidak perlu pergi berperang. Namun, waktu itu keputusan politik menyatakan harus perang. Belanda tidak menyadari bahwa perang sebenarnya sudah berakhir. 

Tentang perang itu sendiri; bagaimana ia dijalankan? Bagaimana mengenai kejahatan perang (crime war) yang dilakukan tentara Belanda? Dulu, orang Belanda tidak mengakui kejahatan perang. Namun, belakangan ini ada perubahan paradigma dan mulai diakui bahwa terjadi kejahatan perang selama perang di Indonesia. 

Sejak kapan pengakuan itu?

Sebenarnya sejak saat perang itu sendiri. Pers sosialis dan komunis sudah mengangkat soal itu. Awalnya politik Belanda tidak mau mengakuinya. Tetapi, pada 1969 seorang veteran, Joop Hueting sudah bertahun-tahun berusaha mencari publikasi untuk memberikan pernyataan tentang kejahatan perang oleh militer Belanda. Akhirnya, dia diperbolehkan berbicara panjang lebar di program televisi VARA Achter het Nieuws (Di Balik Berita).

Penyataan Hueting tersebut mendapatkan publikasi luas, mengakibatkan munculnya diskusi-diskusi sengit, perdebatan di Majelis Rendah, dan dibuatnya sebuah laporan penelitian oleh komite resmi yang menghasilkan Excessennota (Nota Ekses). Laporan ini menggunakan istilah “ekses” bukan “kejahatan perang.”

Perdana Menteri Piet de Jong, menyatakan bahwa “pemerintah menyesalkan telah terjadi ekses-ekses tetapi pemerintah mempertahankan pandangannya bahwa seluruh angkatan perang Belanda di Indonesia telah berperilaku benar.”

Tentara Belanda mengumpulkan rakyat sipil dalam agresi militer di Indonesia. (NIMH).

Bagaimana tanggapan para veteran perang Belanda?

Terbagi-bagi. Banyak yang bilang, kejahatan perang memang terjadi. Ada juga yang bilang, kejahatan perang memang terjadi tetapi kita tidak boleh membicarakannya. Ada lagi yang bilang, itu terjadi dan sangat baik kalau kita membicarakannya.

Bagaimana tanggapan masyarakat Belanda secara umum?

Banyak orang yang tidak tahu sejarah itu. Itu terjadi karena Indonesia sebelum Perang Dunia kedua sangat penting bagi Belanda. Namun, setelah perang, Indonesia tidak usah dibicarakan lagi. Mungkin di Indonesia juga begitu.

Bagaimana masyarakat Belanda melihat sejarah periode 1945–1949?

Belanda sebenarnya menjalankan perang yang tidak perlu. Perang ini di sisi yang salah. 

Jadi, masyarakat Belanda menganggapnya seperti itu?

Tidak bisa di bilang begitu karena orang-orang Belanda tidak banyak tahu mengenai peristiwa itu. Sedangkan para veteran mengakui perang itu salah, tetapi mereka menyalahkan pemerintah.

Secara resmi berapa jumlah tentara Belanda yang dikirim ke Indonesia? 

Sekitar 220.000 orang hampir semuanya laki-laki: 120.000 dari Koninklijke Landmacht (Angkatan Darat), 75.000–80.000 dari KNIL, dan 20.000 dari Koninklijke Marine (Angkatan Laut). Dari 220.000 orang itu, sekira 160.000 berasal dari Belanda (100.000 wajib militer, 30.000 sukarelawan, 10.000 profesional, dan 20.000 Angkatan Laut) atau termasuk kelompok yang di Hindia Belanda digolongkan sebagai masyarakat Eropa, dan 60.000 pribumi.

Tentara Belanda mengeksekusi dua orang Indonesia. (NIMH).

Apakah ada yang menolak dikirim ke Indonesia?

Banyak yang tidak mau dikirim ke Indonesia, namun diancam akan dipenjara jika menolak.

Bagaimana pandangan Anda mengenai kejahatan perang Belanda di Indonesia?

Sebagai sejarawan saya harus mencoba menempatkan diri di dalam peristiwa-peristiwa yang sedang diteliti. Melihat perang itu lewat kacamata dari para pemuda harus memikirkan bagaimana keadaan saat itu. Tentara-tentara itu sama sekali tidak punya pengetahuan apa-apa tentang Indonesia. Mereka cuma mengira-ngira saja mungkin bisa membantu kehidupan di sana.

Ketika mereka terlibat perang ternyata berbeda dengan apa yang mereka pikirkan sebelumnya. Pandangan mereka berbeda-beda; ada yang menganggap Indonesia harus diperangi namun ada juga yang menganggap orang Indonesia baik. Mereka yang tadinya tidak pernah melakukan kekerasan tetapi begitu melihat teman-temannya diserang, akhirnya timbul untuk membalas dendam. Seperti itu yang terjadi. Jadi, perang itu selalu mengubah orang.

Adakah tentara Belanda yang membelot?

Tentara Belanda tidak terlalu banyak. Yang saya tahu dari KNIL banyak yang berpindah ke pihak Indonesia.

Apakah Anda tahu kejahatan perang yang dilakukan tentara Indonesia kepada tentara Belanda?

Satu atau dua tentara Belanda yang ditangkap TNI atau pemuda. Mereka disiksa, dibunuh, dan kelaminnya dimasukkan ke dalam mulut. Kata para veteran, waktu melihat itu mereka ingin membalas dendam. Pembalasan dendam itu yang membuat terjadinya kejahatan perang. Dalam hal kejahatan perang, mereka tidak mengaku sendiri tetapi menceritakan temannya. Namun, ada juga veteran yang merasa bangga karena tidak melakukan kekerasan dan memberikan pertolongan kepada rakyat Indonesia. Perang sudah berlalu. Belanda kalah. Mereka ada yang trauma dan merasa kurang dihargai.

Bagaimana dengan generasi muda Belanda melihat perang di Indonesia?

Mereka banyak yang tidak tahu. Namun, mahasiswa-mahasiswa justru sangat tertarik. Mereka ingin tahu lebih banyak. Untuk Indonesia, itu (perang 1945–1949) awal dari Republik dan akhir dari kolonialisme.*

Majalah Historia No. 33 Tahun III 2016

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
648e756cb6f8c441a3f75592