Jalan Tentara India di Medan Membelot ke Indonesia

Bermula dari kari kambing, pasukan Sekutu dari kesatuan British India Army memilih desersi. Mereka tergugah oleh rasa senasib seperjuangan sebagai sesama umat Islam.

OLEH:
Martin Sitompul
.
Jalan Tentara India di Medan Membelot ke IndonesiaJalan Tentara India di Medan Membelot ke Indonesia
cover caption
Abdurrahim, tentara Sekutu yang membelot, membawa truk yang memuat amunisi dan senjata kemudian bergabung dengan pasukan TKR B pimpinan Kapten Nip Xarim yang bermarkas di Sungai Trepes. (Dok. Muhammad TWH/Yayasan Pelestarian Fakta Sejarah).

SETELAH Jepang angkat kaki dari Kota Medan, masuklah tentara Sekutu. Kedatangan Sekutu untuk membebaskan tawanan perang sekaligus melucuti senjata orang Jepang yang masih tersisa. Kontingen pertama pasukan Sekutu berasal dari Brigade ke-4 Divisi India yang memasuki Medan pada 9 Oktober 1945.

Sebagaimana nama unit divisinya, tentara Sekutu yang bertugas di Medan itu terdiri dari orang-orang India dan Pakistan. Namun, saat itu India dan Pakistan belum berpisah sehingga lazimnya disebut orang India saja. British India Army (BIA) adalah nama untuk menyebut orang-orang India dalam pasukan Sekutu. Setibanya di Medan, mereka mondok di Grand Hotel yang letaknya di depan Stasiun Besar Medan.

Tak jauh dari Grand Hotel, berdiri Rumah Makan (RM) Fajar Asia. Sehari-hari, rumah makan ini menyajikan masakan India. Ke sanalah para tentara India itu kerap kali datang untuk mencari makan. Salah satu menu andalan restoran Fajar Asia, kari kambing, ternyata cocok sekali dengan lidah tentara India.

SETELAH Jepang angkat kaki dari Kota Medan, masuklah tentara Sekutu. Kedatangan Sekutu untuk membebaskan tawanan perang sekaligus melucuti senjata orang Jepang yang masih tersisa. Kontingen pertama pasukan Sekutu berasal dari Brigade ke-4 Divisi India yang memasuki Medan pada 9 Oktober 1945.

Sebagaimana nama unit divisinya, tentara Sekutu yang bertugas di Medan itu terdiri dari orang-orang India dan Pakistan. Namun, saat itu India dan Pakistan belum berpisah sehingga lazimnya disebut orang India saja. British India Army (BIA) adalah nama untuk menyebut orang-orang India dalam pasukan Sekutu. Setibanya di Medan, mereka mondok di Grand Hotel yang letaknya di depan Stasiun Besar Medan.

Tak jauh dari Grand Hotel, berdiri Rumah Makan (RM) Fajar Asia. Sehari-hari, rumah makan ini menyajikan masakan India. Ke sanalah para tentara India itu kerap kali datang untuk mencari makan. Salah satu menu andalan restoran Fajar Asia, kari kambing, ternyata cocok sekali dengan lidah tentara India.  

“Mulailah di rumah makan ini mereka membelot ke pihak kita. Hampir 70 orang tapi enggak serentak,” terang Muhammad Tuk Wan Haria (TWH), jurnalis senior Medan yang juga pendiri Yayasan Pelestarian Fakta Sejarah, kepada Historia.

Menurut TWH, pemilik RM Fajar Asia orang Aceh bernama Hamzah Abdullah. Tidak hanya restoran, Hamzah juga memiliki usaha penginapan Cinta Saudara yang bersebelahan dengan Fajar Asia. Selain seorang pengusaha, Hamzah adalah anggota Laskar Pesindo Andalas Utara, bagian dari Batalion III Resimen Istimewa Medan Area (RIMA). Dengan kata lain, Hamzah merupakan pengusaha sekaligus pejuang nasionalis.

Hamzah Abdullah bersikap ramah terhadap tentara India yang menjadi langganan restorannya. Bila para tentara itu sedang bokek, Hamzah tak keberatan diutangi. Kadang-kadang, sebagai ganti membayar utangnya, tentara India itu dengan rela memberikan senjata dan pistol kepunyaan mereka.  

Selain Hamzah Abdullah, di resto Fajar Asia sering mangkal dua orang keturunan India bernama Tabib Ansari dan Ajad Husin. Keduanya berperan melobi para tentara India untuk desersi dari Sekutu dan bergabung dengan kelompok pejuang Indonesia. Tabib yang dianggap kawan dekat Hamzah bergaul karib dengan tentara India yang suka nongkrong di restoran Fajar Asia.  

Sementara itu, Ajad hanya sesekali muncul di restoran. Tugasnya mengambil senjata para tentara India yang sudah terkumpul di restoran untuk diserahkan ke markas TKR di Trepes. Tabib dan Ajad merupakan anggota TKR B pimpinan Kapten Nip Xarim.

Tentara India yang membelot ke kubu Republik tertangkap oleh militer Belanda di front Medan. (Arsip Nasional Belanda).

Begitulah Hamzah Abdullah, Tabib Ansari, dan Ajad Husin berkolaborasi meyakinkan tentara India. Mayoritas dari tentara India itu memang menaruh simpati terhadap perjuangan orang-orang Indonesia. Selain sama-sama senasib dari negeri terjajah, mereka juga tergugah oleh rasa persaudaraan sesama umat Muslim.

“Banyak tentara Inggris berkebangsaan India sangat bersimpati kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia, apalagi di antara mereka banyak juga yang beragama Islam,” tandas Pak TWH.  

Sebanyak 12 serdadu India membelot pada gelombang pertama. Pembelotan berlangsung di penginapan Cinta Saudara ketika para tentara India menanggalkan seragam Sekutu mereka dan menggantinya dengan pakaian biasa. Seragam Sekutu yang sudah tanggal itu kemudian diceburkan ke dalam sumur penginapan.  

Para tentara India itu diangkut naik sado. Sesampainya di stasiun, telah menanti satu truk yang akan membawa mereka ke Markas TKR B di Sungai Trepes. Mereka akhirnya diterima langsung oleh Kapten Nip Xarim. Dari 12 tentara desersi itu terdapat satu orang Inggris totok bernama Letnan John Edward.

Menurut Firdaus Syam, Zahir Khan, dan Taufik Syafii dalam Peranan Pakistan di Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, para serdadu Sekutu yang membelot ini begitu populer dalam Perang Kemerdekaan di Sumatra Utara. Mereka tak lagi disebut sebagai tentara Sekutu, melainkan Pasukan Muslim. Baik kalangan pejuang Medan Area maupun masyarakat memandang mereka dengan penuh hormat karena menguntungkan perjuangan rakyat.

Nip Xarim dalam Medan Area Mengisi Proklamasi mencatat jumlah tentara Sekutu yang membelot dan bergabung dengan pasukannya berjumlah 71 orang. Mayoritas adalah orang India Muslim, sebagian kecil lagi India non-Muslim dan hanya seorang Inggris totok. Mereka kemudian digabungkan dalam satu batalion bernama Batalion Putra Asia yang dipimpin Mayor Young Sattar. Batalion Putra Asia banyak terlibat pertempuran dengan Belanda di front Siantar dan Tanah Karo.  

Sementara itu, Letnan John Edward si Inggris totok kemudian menjadi penyiar bahasa Inggris pada radio perjuangan Radio Rimba Raya. Pada akhir pengakuan kedaulatan, para tentara Sekutu yang membelot ini hanya tersisa 30 orang. Setengah lagi gugur dalam pertempuran.  

Berita desersi pasukannya dari kalangan BIA cukup mengejutkan pihak Sekutu. Pimpinan tentara Sekutu Brigjen T.E.D. Kelly dikabarkan begitu malu atas pembelotan sejumlah anak buahnya. Untuk menyelamatkan mukanya dari hujatan markas tertinggi Sekutu, pimpinan Sekutu di Medan menerbitkan kebijakan radikal. Semua tentara India yang beragama Islam akhirnya dipulangkan kembali ke India.*

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
6639f053108b1f54659a52f8