KENDATI harus dibaca secara hati-hati, siapapun yang meneliti dan menulis mengenai pergerakan nasional Indonesia tak bisa mengabaikan tiga karya penting Petrus Blumberger. Sebagai pejabat kolonial, dia memiliki akses terhadap sumber-sumber resmi, dari maklumat pemerintah hingga risalah parlemen Belanda.
Petrus Blumberger lahir sebagai John Theodoor Petrus di Semarang pada 2 Desember 1873. Ayahnya, Satoor Stephan Petrus (1839-1902), adalah seorang pedagang kelahiran Isfahan, Persia (sekarang Iran). Sementara ibunya, Mariam Eleazar Gasper (1851-1896), kelahiran Bushir dan anak dari perkawinan kedua Eleazar Gregory Gasper (1808-1859), pedagang Armenia terkemuka di Batavia yang mendirikan Gasper & Co. dan bertahan di kota ini selama tiga generasi.
Pada usia 23 tahun, dari pelabuhan Bushir, Satoor Stephan Petrus berlayar dan tiba di Batavia pada 1863. Dia lalu menyingkat nama Armenianya, Petrussian, menjadi Petrus agar terdengar lebih Eropa. Dia kemudian menetap di Semarang di mana dia mendirikan perusahaan Petrus & Co. yang bergerak di bidang ekspor-impor berbagai barang dari Persia dan India, wakil dari Gasper & Co. di Semarang, dan anggota Zorab, Mesrope & Co.
“Proses asimilasi secara resmi diakhiri dengan naturalisasi sebagai warga negara Belanda menjadi keluarga Petrus pada 1889,” tulis Harry A. Poeze dalam pengantar buku Petrus Blumberger, De Nationalistische Beweging in Nederlandsch-Indie, cetakan 1987.
John Theodoor Petrus menikah dengan Johanna Maria Louise Blumberger tahun 1897. Dari perkawinan ini dia memperoleh dua anak. Dia menggunakan nama Petrus Blumberger sejak 1911 setelah permohonanya disetujui pemerintah Hindia Belanda. Namun, tulis Poeze, “Sepanjang hidupnya Petrus Blumberger tertarik dengan latar belakang Armenianya; dia juga berbicara dan membaca dalam bahasa Armenia.”
Sepanjang hidupnya Petrus Blumberger tertarik dengan latar belakang Armenianya; dia juga berbicara dan membaca dalam bahasa Armenia.
Petrus Blumberger belajar di Surabaya dan memperoleh ijazah HBS di Batavia di Gymnasium Willem III. Setelah itu bekerja sebagai wartawan Soerabajasch Handelsblad. Pada 1894, dia lulus het grootambtenaars-examen untuk de Indische bestuurdienst yang memungkinkannya menjadi pegawai negeri di Hindia Belanda. Dia berturut-turut menjabat sebagai perwira yang ditempatkan di Surabaya, calon kontrolir, dan akhirnya kontrolir di Bagelen, Pekalongan, dan Madura.
Petrus Blumberger dikenal sebagai orang yang rajin, intelektual, dan penuh ambisi. Menurut P.J. Drooglever, “Petrus, John Theodoor (1873-1961)”, dimuat dalam Biografisch Woodernboek van Nederland, kendati dia biasa-biasa saja ketika menjadi siswa HBS, dia berambisi melanjutkan studi.
Cuti pertamanya ke Eropa dimanfaatkannya untuk studi. Kembali ke Jawa, dia menjabat sekretaris daerah di Madiun lalu asisten residen di Surakarta –di sini dia aktif dalam pengendalian hama dan perbaikan rumah. Cuti keduanya ke Eropa tahun 1916 menjadi akhir kariernya sebagai pejabat pemerintah.
Setelah kembali ambil studi, dia bekerja di Departemen Koloni di bagian administrasi urusan Hindia, ditempatkan di kantor menteri untuk menangani persoalan sosial-politik di Hindia, hingga pensiun sebagai kepala bagian di kantor menteri.
Selama menjadi pegawai departemen inilah dia menghasilkan tiga karya penting mengenai pergerakan nasional Indonesia: De Communistische Beweging in Nederlandsch-Indie (1928), De Nationalistische Beweging in Nederlandsch-Indie (1931), dan De Indo-Europeesche Beweging in Nederlandsch-Indie (1939).
Petrus Blumberger meninggal dunia di Den Haag, Belanda, pada 4 April 1961.*
Majalah Historia No. 24 Tahun II 2015