Christiaan Snouck Hurgronje menerima kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi Abdul Aziz al-Saud di Universitas Leiden pada 1935. (Koleksi Universitas Leiden).
Aa
Aa
Aa
Aa
Bagian muka bangunan itu terlihat sederhana tapi anggun. Bergaya klasik dengan elemen-elemen arsitektur rokoko. Daun pintu masuknya berukir dan di tengahnya tertera nama pemiliknya: Snouck Hurgronje.
Rumah itu terletak di Jalan Rapenburg 61 Leiden, Belanda, tak jauh dari Universitas Leiden, universitas tertua di Belanda. Ia berada di antara deretan bangunan lainnya. Di depannya, terbentang kanal yang ditumbuhi bunga teratai selama cuaca bersahabat.
Rumah ini dibangun pada 1701 oleh arsitek Jacob Roman. Hiasan di tembok luar dan pintu berukir gaya rokoko baru dibubuhkan pada 1764 atas permintaan pemilik lamanya.
Bagian muka bangunan itu terlihat sederhana tapi anggun. Bergaya klasik dengan elemen-elemen arsitektur rokoko. Daun pintu masuknya berukir dan di tengahnya tertera nama pemiliknya: Snouck Hurgronje.
Rumah itu terletak di Jalan Rapenburg 61 Leiden, Belanda, tak jauh dari Universitas Leiden, universitas tertua di Belanda. Ia berada di antara deretan bangunan lainnya. Di depannya, terbentang kanal yang ditumbuhi bunga teratai selama cuaca bersahabat.
Rumah ini dibangun pada 1701 oleh arsitek Jacob Roman. Hiasan di tembok luar dan pintu berukir gaya rokoko baru dibubuhkan pada 1764 atas permintaan pemilik lamanya.
Seperti Aslinya
Snouck hampir mencapai usia pensiun ketika memutuskan membeli rumah mewah yang pantas untuk kedudukannya sebagai rektor magnificus Universitas Leiden. Harga rumah mewah ini tampaknya tidak merisaukannya. Snouck membelinya tanpa uang pinjaman.
Sepanjang hidupnya yang penuh petualangan di Jeddah, Makkah, dan Aceh, Snouck menjalin hubungan dengan dunia akademis. Tapi ia tak pernah kenyang belajar. Dan di usia senjanya, ia ingin menyediakan tempat tinggal sekaligus tempat bekerja bagi para ilmuwan yang mengadakan penelitian di Leiden.
Kini, rumah itu dijadikan kantor Instituut voor de Nederlandse Taal (Lembaga Bahasa Belanda) dan dipertahankan seperti aslinya.
Snouck meninggal dunia pada 26 Juni 1936. Jasadnya disemayamkan di kompleks pemakaman Groenesteeg, tak jauh dari situ.
Makam Keluarga
Setelah menyusuri lorong panjang Groenesteeg sampai mentok, kita berada di muka kuburan dengan nama yang sama. Melalui jembatan kecil “De Laatste Brug” (Jembatan Terakhir), kita memasuki kuburan sederhana berukuran kecil.
Seorang bapak bertanya: “Mau lihat kuburan Van Gogh?”
Anda mungkin mengira yang dimaksud adalah Vincent van Gogh, pelukis terkenal dan berpengaruh dalam sejarah seni rupa Barat. Van Gogh memang lahir di Belanda. Tapi ia dimakamkan di Prancis, tempat ia mencapai puncak kreativitas dan menancapkan reputasinya sebagai pelukis. Sementara di Groenesteeg adalah makam ibunya, Anna van Gogh-Carbentus.
Groenesteeg adalah kuburan untuk kalangan elite Leiden. Di sini pula terdapat makam para guru besar Universitas Leiden, penguasa setempat, hingga para hartawan. Menariknya, terdapat makam Irawan Soejono, orang Indonesia yang ditembak mati tentara Jerman ketika ikut aktivitas bawah tanah melawan pendudukan Nazi.
<div class="quotes-center font-g text-align-center">Ada dugaan Snouck dimakamkan secara Islam. Namun Groenesteeg adalah kuburan Kristen milik gereja setempat yang dibuat pada 1813.</div>
Tapi yang saya cari adalah makam Christiaan Snouck Hurgronje.
Setelah melihat daftar nama dan denah di pinggir jalur masuk, dengan mudah kita temukan nomor 168 B. Itulah makam keluarga Snouck Hurgronje. Makam ini memiliki ruang bawah tanah. Batu nisannya tertutup lumut. Ada empat nama terukir di batu nisan. Nama Snouck berada di baris paling bawah.
Snouck dikebumikan di samping makam ibundanya, Anna Maria de Visser. Seperti ditulis Philip Dröge dalam bukunya Pelgrim, ada dugaan Snouck dimakamkan secara Islam. Namun Groenesteeg adalah kuburan Kristen milik gereja setempat yang dibuat pada 1813.
Kuburan elite ini terkesan kurang terpelihara. Namun keelokan alami kuburan kian jelas jika kita menyusuri jalan setapak yang mengelilingi setiap blok. Batu-batu nisan berjajar menyatu dengan pohon perkasa Fagus sylatica merah membentuk monumen hidup. Sejak 1978, Groenesteeg masuk daftar monumen nasional.