Membebaskan Tjakrabirawa di Aljazair

Konferensi Asia Afrika II gagal digelar di Aljazair karena gedungnya diledakkan. Advanced team Resimen Tjakrabirawa sempat ditahan pemerintahan baru Aljazair.

OLEH:
Rahadian Rundjan
.
Membebaskan Tjakrabirawa di AljazairMembebaskan Tjakrabirawa di Aljazair
cover caption
Presiden Aljazair Ahmed Ben Bella saat bertemu Fidel Castro dan Che Guevara di Havana, Cuba, 20 Oktober 1962. (Wikimedia Commons).

KONFERENSI Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat, pada 18–24 April 1955 menjadi pendorong yang kuat bagi kemerdekaan negara-negara Asia dan Afrika. Setelah berjuang sejak 1954, Front Pembebasan Nasional (FLN) Aljazair dapat merebut kemerdekaannya dari Prancis pada 5 Juli 1962. Ahmed Ben Bella diangkat menjadi presiden Aljazair pada 1963.

Peringatan dasawarsa KAA di Jakarta pada April 1965 memutuskan Aljir, ibukota Aljazair sebagai tuan rumah KAA II, yang rencananya akan digelar pada 25 Juni 1965. Setelah berkoordinasi dengan badan keamanan Aljazair, dikirim satu kompi advanced team (tim pendahulu) berjumlah 200 personel Resimen Tjakrabirawa, pasukan pengawal Presiden Sukarno. Tim ini datang dengan berpakaian preman dan berperalatan lengkap.

KONFERENSI Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat, pada 18–24 April 1955 menjadi pendorong yang kuat bagi kemerdekaan negara-negara Asia dan Afrika. Setelah berjuang sejak 1954, Front Pembebasan Nasional (FLN) Aljazair dapat merebut kemerdekaannya dari Prancis pada 5 Juli 1962. Ahmed Ben Bella diangkat menjadi presiden Aljazair pada 1963.

Peringatan dasawarsa KAA di Jakarta pada April 1965 memutuskan Aljir, ibukota Aljazair sebagai tuan rumah KAA II, yang rencananya akan digelar pada 25 Juni 1965. Setelah berkoordinasi dengan badan keamanan Aljazair, dikirim satu kompi advanced team (tim pendahulu) berjumlah 200 personel Resimen Tjakrabirawa, pasukan pengawal Presiden Sukarno. Tim ini datang dengan berpakaian preman dan berperalatan lengkap.

Tidak ada masalah ketika tim Tjakrabirawa tiba di sana, sampai munculnya kudeta terhadap pemerintahan Aljazair. Presiden Ben Bella digulingkan dari kekuasaan oleh Menteri Pertahanan Kolonel Houari Boumedienne pada 19 Juni 1965. Ben Bella dibebaskan dari tahanan rumah pada 1980 dan meninggal dunia pada 2012.

Ahmed Ben Bella (kiri) dan Houari Boumedienne. (Wikimedia Commons).

Menurut Maulwi Saelan, mantan wakil komandan Tjakrabirawa dalam biografinya, Maulwi Saelan: Penjaga Terakhir Soekarno, berita kudeta ini membuat bimbang Sukarno dan rombongannya yang sudah berangkat dari Indonesia dan singgah di Pakistan untuk mengisi bahan bakar. 

Sukarno belum tahu apakah akan tetap datang ke Aljazair. Namun, Kolonel Boumedienne tetap ingin menyelenggarakan KAA, dan menganggap kehadiran Sukarno sebagai hal yang istimewa karena dialah inisiator KAA. Sukarno memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Aljazair. Sampai munculah ledakan di gedung konferensi yang baru selesai diinspeksi Tjakrabirawa. Mereka pun terkena imbasnya.

“Setelah tiba di Aljazair, advanced team mempersiapkan diri, membuat rencana kerja, dan lain-lain dibantu angkatan bersenjata setempat,” kata Maulwi.

Pemerintahan baru Aljazair mendapat kabar bahwa di Jakarta terjadi kudeta terhadap pemerintahan Sukarno oleh Resimen Tjakrabirawa.

Menurut Tan Sing Hein, dokter pribadi Sukarno yang tergabung dalam advanced team, “baru lima menit setelah kami selesai menginspeksi gedung di mana konferensi itu akan berlangsung, tiba-tiba terdengar sebuah ledakan dari gedung tersebut. Konferensi yang sudah diwanti-wanti itu pun tidak pernah terjadi,” ujarnya dalam Memoirs of Indonesian Doctors and Proffesionals 2 yang disunting oleh Tjien Oei. 

Belakangan diduga dalang pengeboman itu adalah Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA), yang tidak ingin konferensi itu terlaksana. Kehadiran Guy Pauker, tokoh CIA di Aljazair pada saat itu dan gelagatnya saat mengunjungi Ny. Supeni, delegasi Indonesia, semakin memperkuat tudingan itu.

Kolonel CPM Maulwi Saelan (memakai baret), wakil komandan Resimen Tjakrabirawa, mengawal Presiden Sukarno dalam kunjungan kenegaraan ke Korea Utara. (Dok. Maulwi Saelan).

Sukarno bersama Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, Perdana Menteri RRT Chou En Lai, dan Presiden Pakistan Ayub Khan, sepakat KAA II akan tetap dilaksanakan tetapi pelaksanaannya ditunda sampai awal November 1965.

Sementara itu, pemerintahan baru Aljazair mendapat kabar bahwa di Jakarta terjadi kudeta terhadap pemerintahan Sukarno oleh Resimen Tjakrabirawa yang terlebih dahulu tiba di Aljazair. Karena itu, advanced team Tjakrabirawa ditahan di kamp, sedangkan empat anggota Detasemen Kawal Pribadi Tjakrabirawa ditahan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Aljazair. Hampir satu bulan mereka ditahan sampai Kolonel CPM Maulwi Saelan datang dan berunding untuk membebaskan mereka.

“Satu bulan kemudian saya berangkat ke Aljazair melalui Paris, karena belum ada hubungan penerbangan langsung dari Indonesia ke Aljazair, untuk berunding dengan bagian keamanan Aljazair untuk memulangkan Tjakrabirawa ke Indonesia,” kata Maulwi.

Akhirnya, semua personel advanced team Tjakrabirawa dibebaskan dan diantar sampai Paris oleh polisi Aljazair. Semua senjata dan barang-barang milik advanced team dikembalikan.*

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
652d4b079312ef68f20deefb