Memberi Roh Arsitektur

Pieter Adriaan Jacobus Moojen penggagas real estate di Hindia Belanda. Perancang kota Menteng ini pencetus Paris van Java.

OLEH:
Wenri Wanhar
.
Memberi Roh ArsitekturMemberi Roh Arsitektur
cover caption
Pieter Adriaan Jacobus Moojen (1879-1955). (Tropenmuseum).

TERPESONA dan melihat masa depan gemilang, P.A.J. Moojen merantau ke Hindia Belanda pada Januari 1904. Sebagai seorang arsitek, dia mengamati dan mempelajari perkembangan arsitektur di Hindia Belanda. Dia bukan hanya melihat kurangnya pendidikan arsitektur dan tidak adanya arsitek, menyebut arsitek hanyalah opziter plus atau pengawas bangunan plus, tapi juga arsitektur kolonial masa itu bermutu rendah. 

“Arsitektur di Hindia Belanda hingga abad ke-19 hanyalah tiruan-tiruan tanpa roh atas gaya neo- Hellenisme yang tanpa jiwa. Jiplakan-jiplakan buruk dari contoh-contoh yang murung. Semuanya menjadi saksi polos yang bisu untuk abad yang tanpa rasa dan tanpa kemampuan mencipta,” tulis Moojen dalam artikel “Bouwkunst” yang dimuat Weekblad voor Indie, volume 2, 1907. 

P.A.J. Moojen lahir di Kloetinge, Zeeland, Belanda, pada 26 Juni 1879. Dia belajar ilmu arsitektur di Akademi Antwerpen di Belgia. Lulus pada 1899, dia pindah ke Den Haag dan memulai karier sebagai seorang arsitek. Di Hindia Belanda, dia bekerja untuk Dewan Kota (Gemeenteraad) dan kemudian Komisi Teknis Gemeente Batavia dengan tugas “mengurus perluasan kota secara terencana,” ujar Adolf Heuken, ahli sejarah arsitektur Batavia, kepada Historia

TERPESONA dan melihat masa depan gemilang, P.A.J. Moojen merantau ke Hindia Belanda pada Januari 1904. Sebagai seorang arsitek, dia mengamati dan mempelajari perkembangan arsitektur di Hindia Belanda. Dia bukan hanya melihat kurangnya pendidikan arsitektur dan tidak adanya arsitek, menyebut arsitek hanyalah opziter plus atau pengawas bangunan plus, tapi juga arsitektur kolonial masa itu bermutu rendah. 

“Arsitektur di Hindia Belanda hingga abad ke-19 hanyalah tiruan-tiruan tanpa roh atas gaya neo- Hellenisme yang tanpa jiwa. Jiplakan-jiplakan buruk dari contoh-contoh yang murung. Semuanya menjadi saksi polos yang bisu untuk abad yang tanpa rasa dan tanpa kemampuan mencipta,” tulis Moojen dalam artikel “Bouwkunst” yang dimuat Weekblad voor Indie, volume 2, 1907. 

P.A.J. Moojen lahir di Kloetinge, Zeeland, Belanda, pada 26 Juni 1879. Dia belajar ilmu arsitektur di Akademi Antwerpen di Belgia. Lulus pada 1899, dia pindah ke Den Haag dan memulai karier sebagai seorang arsitek. Di Hindia Belanda, dia bekerja untuk Dewan Kota (Gemeenteraad) dan kemudian Komisi Teknis Gemeente Batavia dengan tugas “mengurus perluasan kota secara terencana,” ujar Adolf Heuken, ahli sejarah arsitektur Batavia, kepada Historia

Pada 1910, Moojen mulai membuat rencana perluasan Weltevreden (Gambir); merancang Menteng. “Untuk pertama kalinya di Indonesia, perluasan sebuah kota dilakukan dengan perencanaan yang matang,” ujar Adolf Heuken. 

Pemerintah menyetujui rancangan Moojen pada 1912. Tahun itu juga Moojen mendirikan NV de Bouwploeg, perusahaan real estate pertama di Hindia Belanda. Dia mendesain sendiri kantornya –kini menjadi Masjid Cut Meutia di Menteng. Untuk merealisasikan gagasannya, dia merekrut sejumlah arsitek, antara lain F.J. Kubatz, F.J.L. Ghijsels, J.F. van Haytema, dan H. van Essen. 

Sebagai direktur NV de Bouwploeg, Moojen menyumbangkan tanah seluas 3.249 m2 untuk pembangunan Bataviasche Kunstkring –kini resto Kunstkring Paleis– untuk mewadahi aktivitas Perkumpulan Seni Hindia Belanda, yang didirikan Moojen bersama kawan-kawan pekerja dan pecinta seni pada 1907. Lagi-lagi Moojen, yang jadi ketua perkumpulan, turun tangan langsung mengarsitekinya. Pada 17 April 1914, Gubernur Jenderal Alexander Willem Frederik Idenburg meresmikannya sebagai galeri seni rupa pertama di Hindia Belanda. 

Kantor NV de Bouwploeg di Jalan Gondangdia Baru, Batavia (kini Masjid Cut Meutia). (Tropenmuseum).

Kelana Sang Seniman

Usai peresmian Bataviasche Kunstkring, Moojen lebih banyak menghabiskan waktu bersama kawan-kawan senimannya. Urusan pembangunan Menteng dipercayakan kepada para arsitek NV de Bouwploeg. Dia mulai getol melukis. 

Perkara melukis, “Moojen mendatangi langsung apa yang akan dilukisnya. Bukan untuk sekadar memahami tampak lahir, dia juga mendalami yang batin,” tulis Noto Soeroto (1888–1951), wartawan-cum-penyair, dalam De Kunstschilder P.A.J. Moojen en Zijn Indisch Werk Met 24 Reproducties (1925).

Untuk memenuhi hasrat melukis, Moojen berkelana ke Bali dan Sumatra. “Di samping melukis, Moojen banyak menghabiskan waktu untuk belajar tentang penduduk, seni dan budaya setempat,” tulis Noto. 

Saking asyiknya, Moojen memutuskan berhenti total mengurus pembangunan Menteng. Dia bahkan berpetualang lebih jauh: Siam Selatan, Beijing, Jepang, dan baru kembali ke Jawa pada 1920 untuk membangun Gedung Stasiun Cirebon. Setelah pekerjaan itu rampung, dia bertolak ke Eropa. 

Pesona Hindia Belanda membuatnya kembali. Dia pergi ke Bali pada awal 1921 untuk melukis dan memimpin pemugaran bangunan-bangunan di Bali yang rusak akibat gempa besar pada Januari 1917. Sembari membenahi Bali, bersama arsitek F.J. Kubatz, Moojen sempat merancang Voetbalbond Indische Omstreken Sport (Viosveld) atau Stadion Menteng –kini menjadi Taman Menteng. 

Moojen lalu ke Jawa. Dia melukis di lingkungan Keraton Yogyakarta dan Mangkunegaran Surakarta. “Moojen banyak melukis pangeran Jawa, bangsawan Jawa, dan teman-temannya,” tulis Noto yang berasal dari keluarga bangsawan Pakualam, Yogyakarta. 

Desain Anjungan Istana Perwakilan Belanda rancangan Moojen dan W.J.G. Zweedijk untuk Internationale Koloniale Tentoonstelling di Paris, Prancis, Mei-November 1931. (KITLV).

Paris van Java

Gubernur Jenderal Andries Cornelis Dirk de Graeff menugaskan Moojen dan W.J.G. Zweedijk, arsitek dari Surabaya, untuk memimpin delegasi Hindia Belanda ke perhelatan Internationale Koloniale Tentoonstelling di Paris, Prancis pada Mei–November 1931. Moojen membawa kurang lebih 50 orang perajin dan tukang dari Bandung. 

Semua kerajaan yang mempunyai tanah jajahan seperti Prancis, Inggris, Belgia, Portugal, Spanyol, dan Belanda ambil bagian. Masing-masing memamerkan produk budaya tanah jajahan. 

Perwakilan Belanda menempati areal seluas tiga hektar. Dibantu para tukang dari Bandung, Moojen merancang anjungan berupa istana seluas 600 meter persegi dengan lebar bagian depan lebih dari seratus meter di perbatasan Lac Daumesnil, di tengah-tengah area pameran. Anjungan itu ditata sedemikian apik dan elegan sehingga menjadi salah satu bangunan terbaik dan menjadi primadona. “Menyerupai istana eklektik dari negeri dongeng,” tulis Frances Gouda dalam Dutch Culture Overseas: Colonial Practic e in the Netherlands Indies, 1900–1942

Hubungan erat dan intensif antara Paris dan Bandung selama perhelatan yang dihadiri 34 juta pengunjung tersebut pada akhirnya menebar pengaruh warna nuansa Eropa ke kota Bandung. Kota kembang itu kemudian terkenal dengan julukan Paris van Java. 

Moojen wafat di Ede, Belanda, pada 1 April 1955, di usia 75 tahun. Banyak lukisannya tentang Indonesia menjadi koleksi Tropenmuseum di Amsterdam. Salah satu peran Moojen yang layak diingat, atas upaya dan desakan Moojen, pemerintah Hindia Belanda menerbitkan Monumenten Ordanantie Staatsblad No. 238 tahun 1931, kemudian diubah dengan Monumenten Ordanantie No. 515 tahun 1934, guna melindungi monumen dan bangunan bersejarah –kini diganti dengan UU No. 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya. 

Moojen telah meninggalkan jejak berharga bagi perkembangan arsitektur di Indonesia. “Di sekitar pergantian abad, mustahil mengabaikan peran penting arsitek, planolog, dan pelukis P.A.J. Moojen,” tulis H.P. Berlage, perancang kota Amsterdam Zuid, dalam buku mengenai perjalanannya ke Hindia Belanda, Mijn Indische Reis (1931).*

Majalah Historia No. 18 Tahun II 2014

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
6590f964c5ba3cfd0d9c3af9