Membidik Hindia Belanda Lewat Kamera

Onnes Kurkdjian, fotografer asal Armenia, dicurigai di negeri sendiri, mendapat pengakuan di Eropa, dan menghabiskan sisa hidupnya di Hindia Belanda.

OLEH:
Budi Setiyono
.
Membidik Hindia Belanda Lewat KameraMembidik Hindia Belanda Lewat Kamera
cover caption
Studio foto Kurkdjian di Jalan Tunjungan, Surabaya. (dewey.petra.ac.id).

PAMERAN dan pasar raya tahunan berlangsung meriah. Tak hanya penduduk lokal, orang-orang Eropa pun datang untuk melihat produk-produk kerajinan dan pementasan. Selama acara berlangsung, Onnes Kurkdjian sibuk mengambil gambar. Sesekali dia mengarahkan agar menghasilkan foto yang sesuai keinginannya. Di studionya dia juga membuat gambar dengan tema serupa.

Acara yang dihelat di Surabaya, Jawa Timur, awal 1900-an itu sukses. Kurkdjian juga senang. Karya-karya fotonya bukan hanya menghiasi laporan yang dibuat E. Jasper, organisator acara, tapi juga menarik pengunjung Eropa untuk membelinya. Salah satunya S.C. van Musschenbroek, administrator pabrik gula Comal, yang membeli sebuah album berisi 33 foto di Studio Kurkdjian.

PAMERAN dan pasar raya tahunan berlangsung meriah. Tak hanya penduduk lokal, orang-orang Eropa pun datang untuk melihat produk-produk kerajinan dan pementasan. Selama acara berlangsung, Onnes Kurkdjian sibuk mengambil gambar. Sesekali dia mengarahkan agar menghasilkan foto yang sesuai keinginannya. Di studionya dia juga membuat gambar dengan tema serupa.

Acara yang dihelat di Surabaya, Jawa Timur, awal 1900-an itu sukses. Kurkdjian juga senang. Karya-karya fotonya bukan hanya menghiasi laporan yang dibuat E. Jasper, organisator acara, tapi juga menarik pengunjung Eropa untuk membelinya. Salah satunya S.C. van Musschenbroek, administrator pabrik gula Comal, yang membeli sebuah album berisi 33 foto di Studio Kurkdjian.  

“Mungkin van Musschenbroek membeli album foto itu untuk suvenir, setelah mengunjungi pasar malam itu,” tulis Liesbeth Ouwehand, “Photographic Representations of the Performing Indonesian”, dimuat dalam Recollecting Resonances suntingan Bart Barendregt dan Els Bogaerts.

Onnes Kurkdjian adalah fotografer asal Armenia. Dia menghasilkan banyak foto yang menggambarkan lanskap Hindia Belanda yang eksotis, tema human interest, arsitektur kolonial dan candi, hingga potret diri pejabat kolonial dan aristokrat lokal. Dia menjalankan studio foto yang terkenal di Surabaya: Atelier O. Kurkdjian.

Dicurigai Rusia

Onnes (atau Ohannes) Kurkdjian lahir di Kaukasus, Rusia, tahun 1851. Ketrampilan fotografinya diasah di Tbilisi, Moskow, dan Wina. Sebagai fotografer profesional berbasis di Yerevan, dia mengabadikan sisa-sisa kebudayaan Armenia. Menurut virtualani.org, Kurkdjian menghasilkan satu set foto stereoskopik (stereographs) berisi 40 kartu yang menggambarkan Ani, ibukota Armenia Besar. Kemungkinan foto-foto itu diambil antara 1875 dan 1880 atau setelah distrik Kars, termasuk Ani, dimasukkan ke dalam Kekaisaran Rusia pada 1877. Selain dikemas indah, koleksi itu dilengkapi booklet berisi informasi dari setiap foto.

Kartu-kartu itu ditulis dalam bahasa Armenia dan Prancis, bukan Rusia dan Prancis. Selain itu, terdapat foto sosok perempuan yang mirip dengan lukisan terkenal tahun 1861 karya Chanik Aramian, berjudul “Armenia Berkabung” atau “Reruntuhan Armenia”, di mana seorang perempuan duduk di sebuah reruntuhan, merenungkan kejayaan Armenia di masa lalu. Pada 1870-an sosok “Ibu Armenia” itu menjadi lambang pembebasan bangsa Armenia. Akibatnya fatal. “...pihak berwenang Rusia menduga foto-foto Kurkdjian ini mendokumentasikan budaya Armenia yang bertujuan menghasut, dan bahwa ini salah satu alasan mengapa dia meninggalkan Armenia,” tulis VirtualANI dalam webnya, http://virtualani.org/ kurkdjian/index.htm.

Pada 1881 Kurkdjian melalangbuana ke Eropa. Dia menjajal peruntungan sebagai fotografer profesional dan hasilnya tak mengecewakan. Dia meraih sejumlah penghargaan antara lain dalam Pameran Fotografi di Wina, Austria, tahun 1882 dan Pameran Fotografi Internasional di Brussel, Belgia, setahun kemudian. Dia lalu berlayar ke Timur. Pada 1883, dia tinggal di Singapura selama lebih dari dua bulan dan bekerja untuk fotografer Armenia lainnya. Dari sana dia menuju Surabaya untuk melanjutkan profesinya sebagai fotografer.

Album foto Souvenir aan de Inhuldigings Feesten van H.M. Koningin der Nederlanden gehouden te Soerabaja in September 1898 genomen door O. Kurkdjian. (dewey.petra.ac.id).

Gambar yang Tajam

Di Surabaya, bisnisnya berkembang pesat. Karenanya dia mengambil asisten asal Inggris, George Lewis (1875-1939). Namanya melambung setelah pemerintah Hindia Belanda memintanya untuk membuat sejumlah foto letusan Gunung Kelud tahun 1901. Empatbelas hari setelah letusan, pada 16 Juni 1901, perjalanan menuju Kelud dimulai di mana Lewis dan Kurkdjian ikut ambil bagian.  

Kurkdjian memiliki sebuah studio foto di Surabaya, dengan lebih dari 30 fotografer dan asisten kamar gelap. Kantornya berlokasi Jalan Tunjungan, yang kini ditempati Tunjungan Plaza 1.

Sumber pendapatan penting mereka adalah membuat potret dari pejabat kolonial dan aristokrat lokal serta penjualan foto-foto dan album untuk para kolektor. Studio Kurkdjian menangkap peluang dari pesatnya industrialisasi yang ditandai dengan pendirian pabrik gula di Surabaya, termasuk Madiun, Kediri, dan Pasuruan. Ia memproduksi antara lain album Proefstation voor de Javasuikerindustrie te Pasoeroean 1926 dan Algemeen Syndicaat van Suikerfabriekanten in NederlandschIndië, Suiker op Java in Beeld tahun 1925.

Namun Kurkdjian bukan hanya menerima pesanan, tetapi juga menghasilkan karya-karya dalam bentuk album untuk tujuan promosi. Salah satu contohnya adalah Souvenir aan de Inhuldigings Feesten van H.M. Koningin der Nederlanden gehouden te Soerabaja in September 1898 genomen door O. Kurkdjian, yang dibuat khusus untuk memperingati kunjungan Ratu Wilhelmina ke Jawa. Foto-foto studio Kurkdjian juga menghiasi buku-buku panduan wisata dan direproduksi untuk gambar kartu pos.

Apa kelebihan foto hasil studio Kurkdjian? Menurut Hedi Hinzler, “Onnes Kurkdjian: Viewmaker and Entrepreneur”, dimuat www.asiapacific-photography.com, gaya fotografi Kurkdjian ditandai dengan penggunaan kamera dengan format lebih besar untuk menghasilkan gambar-gambar yang sangat tajam. Dalam banyak hal, karyanya laiknya fotografer studio profesional yang bekerja pada pergantian abad. Foto-fotonya dicetak pada permukaan matte bertekstur, sementara pandangan dan foto-foto rekaman dicetak pada permukaan mengkilap yang sering ferrotyped.

Album foto karya O. Kurkdjian, Proefstation voor de Javasuikerindustrie te Pasoeroean 1926. (dewey.petra.ac.id).

Munculnya Fotografer Amatir

Onnes Kurkdjian meninggal dunia pada 10 Juni 1903 dan dimakamkan di Peneleh, Surabaya. Setelah kematiannya, asisten dan murid-muridnya terus mengoperasikan studio fotonya. Mereka juga terus memotret dengan cara perfeksionis ala Kurkdjian. Namun, pamor studio foto ini perlahan meredup sehingga pindah ke Simpangplein yang berderetan dengan Simpang Apotheek dan Roemah Oebat.  

Pada 1904 studio foto ini berubah bentuk menjadi perseroan terbatas dengan nama Maatschappij tot Exploitatie van het Photographisch Atelier O. Kurkdjian. V.C. Zorah membeli saham mayoritas sebesar 29.900 gulden dan sisanya A.M. Zorab. Kepemilikan studio foto pun beralih dengan Nyonya V.C. Zorah sebagai direktur serta A.M. Zorab dan J.S. Arathoon sebagai komisaris. Mereka adalah orang-orang Armenia, yang mengembangkan bisnis di Hindia. Pembentukan perseroan terbatas adalah kecenderungan umum yang melanda perusahaan-perusahaan besar saat itu. “Selain pekerjaan studio, mereka juga menjual perlengkapan fotografi, mengembangkan fotografi, dan mengoperasikan galeri untuk mempromosikan seni fotografi di antara pasar amatir yang berkembang pesat,” tulis Steven Wachlin, “Indonesia (Netherlands, East Indies), dalam Encyclopedia of Nineteenth-Century Photography yang disunting John Hannavy.

Maklum, zaman sudah berubah. Selama 1914-1917, sementara Perang Dunia I berkecamuk di Eropa, Eastman Kodak Company dari Rochester, New York, menjadi pemasok utama produk-produk fotografi di Hindia. Sementara jumlah studio foto profesional tumbuh, penggunaan kamera oleh orang biasa juga meningkat. Menurut Hedi Hinzler, Atelier Kurkdjian adalah agen tunggal Kodak di Jawa Timur, yang melayani jasa cetak foto kepada para pengguna baru.

Namun, perusahaan itu tak bisa bertahan lama. Sekira 1915 ia diambilalih perusahaan importir farmasi Helmig & Co. Ltd. Setahun kemudian George Lewis meninggalkan Indonesia.

Onnes Kurkdjian sudah meninggalkan jejak melalui karya-karya fotografinya, yang merekam masa lalu Hindia. Namun, seperti halnya lainnya, makamnya di Peneleh tak terawat.*

Majalah Historia No. 24 Tahun II 2015

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
6770c3b91358ec50e5fd2e8e