Canal Grande, kanal terbesar yang menjadi jalan protokol Venesia. (Ging Ginanjar/Historia.ID).
Aa
Aa
Aa
Aa
“APABILA kucari kata lain untuk ‘musik’,” sabda filsuf Jerman Friedrich Nietzsche, “tak pernah kutemukan kata lain kecuali ‘Venesia’.” Tokoh yang mendeklarasikan kematian Tuhan dalam “Also Sprach Zarathustra” itu takjub tak berkesudahan pada kecantikan tak terbandingkan dari kota di timur laut Italia itu.
Kalau Nietszsche menyebut sinonim Venesia adalah musik, bukanlah semata karena Antonio Vivaldi, pastor yang lebih termasyhur sebagai komposer musik barok itu lahir di sini pada 1678. Melainkan karena kota ini memang penuh pancaran nada dan irama, melodi dan harmoni, bunyi dan sunyi, keriuhan dan kesunyian, timbre dan tekstur, kelokan, dinamika, greget, dan kedalaman.
Sepertinya wajar saja kalau Venesia juga merupakan salah satu pusat perhelatan kesenian dunia. Setidaknya ada tiga pesta seni sejagat yang berlangsung di Venesia –dan usianya cukup tua. Yang paling khas, adalah Karnaval Venesia (Carnevale di Venezia), yang sering diidentikkan sebagai Pesta Topeng –juga dengan jenis topeng dan kostum yang khas, yang “sangat Venesia.” Konon, karnaval ini sudah berlangsung sejak tahun 1162, ketika warga berjoget menari-nari di lapangan San Marco untuk merayakan kemenangan tentara Republik Venesia atas pasukan Patriark Aklieia, Ulrich II dari Treven.
“APABILA kucari kata lain untuk ‘musik’,” sabda filsuf Jerman Friedrich Nietzsche, “tak pernah kutemukan kata lain kecuali ‘Venesia’.” Tokoh yang mendeklarasikan kematian Tuhan dalam “Also Sprach Zarathustra” itu takjub tak berkesudahan pada kecantikan tak terbandingkan dari kota di timur laut Italia itu.
Kalau Nietszsche menyebut sinonim Venesia adalah musik, bukanlah semata karena Antonio Vivaldi, pastor yang lebih termasyhur sebagai komposer musik barok itu lahir di sini pada 1678. Melainkan karena kota ini memang penuh pancaran nada dan irama, melodi dan harmoni, bunyi dan sunyi, keriuhan dan kesunyian, timbre dan tekstur, kelokan, dinamika, greget, dan kedalaman.
Sepertinya wajar saja kalau Venesia juga merupakan salah satu pusat perhelatan kesenian dunia. Setidaknya ada tiga pesta seni sejagat yang berlangsung di Venesia –dan usianya cukup tua. Yang paling khas, adalah Karnaval Venesia (Carnevale di Venezia), yang sering diidentikkan sebagai Pesta Topeng –juga dengan jenis topeng dan kostum yang khas, yang “sangat Venesia.” Konon, karnaval ini sudah berlangsung sejak tahun 1162, ketika warga berjoget menari-nari di lapangan San Marco untuk merayakan kemenangan tentara Republik Venesia atas pasukan Patriark Aklieia, Ulrich II dari Treven.
Rupanya karena mengasyikkan, acara ini jadi berlangsung rutin. Sempat terhenti sejak tahun 1797, karena Franz II, penguasa Austria yang saat itu mendapatkan Venesia namun harus menyerahkan tepi barat sungai Rhein kepada Napoleon. Baru dihidupkan lagi tahun 1979, dan menjadi identitas Venesia hingga sekarang.
Karnaval paling masyhur sejagat setelah Karnaval Rio de Janeiro di Brasil ini berlangsung sekitar Paskah: sekitar dua pekan menjelang Rabu Abu hingga sehari sebelum Rabu. Tahun 2013 misalnya, Karnaval berlangsung dari 26 Januari hingga 12 Februari. Adapun Karnaval tahun depan akan berlangsung dari 22 Februari hingga 4 Maret 2014.
Ponte degli Scalzi (jembatan Kaki Telanjang), salah satu tempat naik vaporetto di Canal Grande. (Ging Ginanjar/Historia.ID).
Tempat Hajatan Seni Tertua
Perhelatan akbar lain Venesia tentu La Biennale di Venezia. Festival seni rupa ini sudah berjalan sejak tahun 1895, merupakan yang tertua di dunia. Berlangsung dua tahunan, setiap tahun ganjil. Tahun 2013 berlangsung dari 1 Juni hingga 24 November.
Pusat pameran La Biennale di Venesia adalah sekitar Giardini della Biennale, sebuah taman yang dibangun Napoleon Bonaparte, di timur Venesia. Namun 30 paviliun di Giardini, tentu tak cukup. Sehingga lokasinya diperluas ke berbagai penjuru. Tahun 2013 melibatkan antara lain Arsenale, kawasan milik Angkatan Laut, peninggalan masa kejayaan Republik Maritim, dan berbagai lokasi yang terpencar-pencar di berbagai penjuru.
Di Arsenale yang biasanya tertutup untuk turis ini, berlokasi macam-macam paviliun peserta Biennale 2013. Termasuk lima seniman Indonesia: Titarubi, Sri Astari, Entang Wiharso, Eko Nugroho, dan Albert Yonathan Setyawan yang mengusung tema “Sakti”, dan mendapat berbagai pujian.
Begitu suksesnya, Biennale Venesia berkembang dengan menyertakan Festival Film Internasional sejak tahun 1932. Ini festival film internasional tertua di dunia, kendati belakangan pamornya digeser Festival Cannes yang mulai diselenggarakan sejak tahun 1946. Berbeda dengan induknya, La Biennale, yang berlangsung setiap dua tahun, Festival Film Venesia berlangsung setiap tahun, pada akhir Agustus atau awal September.
Karnaval, Biennale, dan festival film, hanya tiga dari begitu banyak acara seni yang berlangsung di Venesia, kota paling cantik di dunia menurut berbagai lembaga.
Suasana saat menyusuri kanal-kanal kecil di Venesia. (Ging Ginanjar/Historia.ID).
Kota Terapung
Memang, tak ada tempat di dunia ini yang seperti Venesia. Didirikan di atas 118 pulau mungil-mungil di Laguna Venetta, sebuah laguna berawa di mulut Laut Adriatik, penuh dengan gang-gang kecil berliku dengan jembatan-jembatan kecil buat pejalan kaki; kaya akan bangunan tua, sarat sejarah, penuh keindahan.
Gedung-gedung antik berbagai zaman berusia ratusan tahun –seperti muncul begitu saja dari permukaan air. Sebagian –khususnya yang terletak di tepi Canal Grande– bahkan tak dilengkapi dengan jalur untuk pejaan kaki yang menghubungkan ke daratan. Jadinya, satu-satunya cara untuk mencapainya hanyalah dengan sampan –atau gondola, atau taksi air.
Di “kota terapung” ini, satu-satunya cara untuk tidak nyasar hanyalah naik taksi air, atau gondola, atau sampan itu. Karena pengemudinya tahu seluk beluk kota. Tetapi sebetulnya cara terbaik menikmati Venesia, adalah justru dengan membiarkan diri kita nyasar.
Tersesat di gang-gang kecil (calle) yang merelung berkelok tak terduga, saling bersambung dengan jembatan-jembatan pendek, labirin tak berujung. Gang-gang yang menembus gedung-gedung tua –gang-gang tembus gedung ini disebut Sotoportego. Membawa kita entah ke mana. Tapi selalu saja kita temukan sesuatu yang menakjubkan. Yang indah, dahsyat, tak terduga: bangunan tua, gereja bersejarah, lapangan (campo) kecil dengan kafe-kafe sekelilingnya, tembok-tembok kuno. Apa saja.
Venesia berawal, dan berakhir di perairan. Setiap kali berjalan kaki, setiap kaki tersesat –atau menyesatkan diri, kita akan bertemu kanal, terusan air, kecil atau besar. Yang paling besar adalah Canal Crande dalam bahasa Italia, atau Canalazzo dalam bahasa Venesia. Kanal Besar, yang boleh dikata, merupakan “jalan protokol” Venesia. Panjangnya sekitar 3,8 km, dengan lebar bervariasi antara 30 meter hingga 70 meter, dan kedalaman rata-rata sekitar 5 meter.
Secara garis besar, kota tua Venesia dibelah oleh Canal Grande, yang meliuk berbentuk huruf “S” terbalik ini. Terbentang antara Laguna Venetta sekitar Ponte dela Constituzione alias Ponte Calatrava, jembatan terbaru kota Venezia hingga cekungan San Marco. Bisa juga disebutkan: berliuk antara dua gereja bendul: San Simeon Piccolo hingga Basilika Santa Maria della Salute.
Menyusuri Canal Grande dengan vaporetto, atau feri saja, sudah merupakan perjalanan sejarah tersendiri. Kita akan menyimak sekitar 180 gedung di kiri kanan, yang usianya berkisar antara 300 hingga 800 tahun. Di jalur “protokol” inilah dulu, para hartawan, orang kaya, ningrat Venesia menunjukkan kejayaan mereka melalui istana-istana alias palazzi atau jamaknya, palazzos yang dibangun di tepi kanal besar, yang tampak menyeruak dari air dan hanya bisa dicapai melalui sampan itu.
Salah satu campo (lapangan) dengan kafenya. (Ging Ginanjar/Historia.ID).
Menyusuri Kanal Besar
Canal Grande ini salah satu tahap penikmatan awal Venesia yang direkomendasikan. Jadi sebaiknya, di hari pertama tiba di Venesia, ambillah angkot khas Venesia, yakni vaporetto, atau feri yang menyusuri Canal Grande. Bisa di Ponte dela Constituzione dekat terminal bis Piazzale Roma, atau Ponte degli Scalzi dekat stasiun kereta Santa Lucia.
Kalau naik dari halte yang pertama, sekalian menikmati Ponte della Contituzione, jembatan paling baru di Venesia, rancangan arsitek terkenal Santiago Calatrava. Ini satu-satunya jembatan modern, karenanya sempat memancing kontroversi. Akibatnya, pembangunannya tertunda sembilan tahun, dan baru akhirnya diresmikan tahun 2008. Nah, sambil berlayar, perwajahan jembatan ini bisa kita bandingkan dengan tiga jembatan lain melintasi Canal Grande.
Kalau memilih naik vaporetto dari Ponte degli Scalzi (Jembatan Kaki Telanjang) buatan tahun 1934, kita bisa sekalian menikmati lebih dekat San Simeon Piccolo di tepi kanan, dan Gereja Santa Maria di Nazareth di tepi kiri. Dan langsung saja kita menyimak keragaman arsitektur, dan seketika bersentuhan dengan sejarah Venesia.
Santa Maria di Nazareth dikenal juga sebagai Chiesa degli Scalzi. Di gereja bergaya Barok yang selesai dibangun tahun 1680 itu, terdapat abu jenazah Ludovico Manin (1725–1802). Dia adalah Doge atau Doxe (pemimpin tertinggi) Republik Maritim Venesia yang terakhir. Pada 12 Mei 1797, Venesia dicaplok Prancis, yang dipimpin Napoleon Bonaparte.
Di tepi kanan, San Simeon Piccolo, dikenal juga sebagai San Simeone e Guida, adalah gereja bergaya neoklasik yang dibangun tahun 1718 hingga 1738. Kubah raksasa, dilengkapi dua kubah lebih kecil, arsitekturnya dekat-dekat Basilika San Marco dan Santa Maria della Salute, yang bergaya Byzantium.
Kubahnya sekarang berwarna hijau tembaga. Dulu berwarna hitam, yang barangkali mengesankan kumuh. Sampai-sampai John Ruskin (1819–1900), pemikir Inggris terkemuka di era Victoria, menyebutnya “salah satu gereja paling jelek di Venesia, atau di mana pun”.
San Simeon Piccolo merupakan salah satu gereja terakhir yang dibangun sebelum runtuhnya Republik Venesia. Dan pembangunannya sempat bermasalah, karena sebagian dananya berasal dari seorang imam paroki pengelola togel alias judi gelap yang salah satu hadiahnya adalah pengampunan dosa.
Apabila pengunjung naik vaporetto, feri alias angkot Venesia, dan berlayar maka yang pertama pertama terlihat adalah Chiesa (gereja) San Geremia, dibangun tahun 1631–1753 di atas reruntuhan gereja yang muai berdiri sejak abad ke-11. Gereja ini merupakan salah satu tempat penziarahan di Italia, karena di sini terdapat relik Santa Lusia dari Sirakusa, martir perempuan belia yang lahir tahun 283 dan gugur tahun 304 dalam pembantaian besar-besaran umat Kristen atas perintah Kaisar Romawi Gaius Dioklesianus (244–311).
Fondaco dei Turchi, tempat penampungan warga Venesia keturunan Turki hingga tahun 1838. (Ging Ginanjar/Historia.ID).
Jika terus berlayar. Simaklah kiri-kanan kanal, palazzos alias istana-istana para ningrat dan hartawan dengan beragam arsitektur sesuai zamannya. Juga sejumlah fondaco, bangunan yang pada masanya dibangun oleh para saudagar untuk tempat tinggal mereka, yang sekaligus juga berfungsi sebagai gudang barang. Yang terkenal antara lain Fondaco dei Turchi dan Fondaco dei Tedeschi.
Fondaco dei Turchi, berada di tepi kanan kanal, mulai dibangun pertengahan tahun 1300-an, sebagai sebuah palazzo bergaya Venesia-Byzantium, yang diperuntukkan bagi kaum aristokrat dan tamu negara.
Istana ini mulai memperoleh namanya sebagai Fondaco dei Turchi, sejak abad ke-17. Ketika bangunan itu digunakan sebagai penampungan khusus warga Venesia keturunan Turki (dari kekhalifahan Usmaniyah). Saat itu pula mucul istilah fondaco, dari bahasa Arab fonduk, yang merujuk pada bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal, sekaligus gudang dan pasar. Warga Venesia keturunan Turki menghuni bangunan ini hingga tahun 1838.
Kira-kira di seberangnya, di tepi kiri, terdapat Chiesa San Marculo, gereja neoklasik yang mulai dibangun abad ke-12. Di sini, di stamplat San Marculo, Anda bisa turun kalau mau. Menikmati susana sejenak, sebelum melanjutkan pelayaran pendek ini. Tak jauh dari situ setelah melewati berbagai bangunan dan istana kecil, akan kita temui dua galeri seni: Ca Pesaro di kanan, dan kemudian Ca d’Oro di tepi kiri.
Ca Pesaro adalah istana Gotik dari abad ke-17, yang sejak tahun 1898 berfungsi sebagai Museum Seni Rupa Modern. Ca Pesaro selalu menjadi salah satu lokasi utama Bienalle Venesia, perhelatan seni rupa paling akbar sedunia itu. Adapun Ca d’Oro (Rumah Emas), istana bergaya Gotik di tepi kiri, adalah salah satu istana tertua di Venesia. Nama aslinya adalah Palazzo Santa Sofia, dibangun antara tahun 1428 dan 1430. Sejak dimiliki pemerintah Italia pada 1916, istana ini berfungsi sebagai galeri seni rupa.
Venesia memang kota terapung yang ditaburi mahakarya seniman kelas dunia. Bukti kejayaan peradaban masa lalu yang tetap bertahan sampai hari ini.*