MMC vs DI/TII

Meski hancur di Jawa Tengah, MMC dominan di penjara Cipinang. Mereka tak terima dengan kepemimpinan bekas DI/TII. Sempat terjadi kerusuhan.

OLEH:
Petrik Matanasi
.
MMC vs DI/TIIMMC vs DI/TII
cover caption
Ilustrasi kerusuhan di penjara. (M.A. Yusuf/Historia.ID).

MERAPI Merbabu adalah dua gunung penting di Keresidenan Kedu, Jawa Tengah. Di kawasan pegunungan itulah gerombolan-gerombolan bersenjata bergerilya pada 1950-an, meski masa gerilya melawan tentara Belanda sudah selesai. Sejatinya terdapat pejuang yang dulu ikut melawan tentara Belanda dalam gerombolan itu. Gerombolan yang kerap merampoki desa-desa di sekitar Pegunungan Merapi-Merbabu itu lalu dikenal sebagai Merapi Merbabu Complex (MMC).

“Kepemimpinan MMC dipegang oleh bekas para pejuang yang kecewa karena program rasionalisasi Hatta. Bekas pejuang yang menonjol yang kemudian menjadi pimpinan MMC adalah Umar Junani,” kata Julianto Ibrahim dalam Dinamika Sosial dan Politik Masa Revolusi Indonesia.

Lantaran meresahkan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Jawa Tengah kerap melakukan pembersihan terhadap MMC. Dalam sebuah pembersihan di awal Maret 1953, seorang pemimpin MMC dan beberapa pengikutnya berhasil tertangkap. Koran De Locomotief, 9 Maret 1953, menyebut Kapten S, pemimpin gerombolan, ditangkap bersama beberapa pemimpin gerombolan lainnya dalam operasi gabungan TNI dan polisi.

MERAPI Merbabu adalah dua gunung penting di Keresidenan Kedu, Jawa Tengah. Di kawasan pegunungan itulah gerombolan-gerombolan bersenjata bergerilya pada 1950-an, meski masa gerilya melawan tentara Belanda sudah selesai. Sejatinya terdapat pejuang yang dulu ikut melawan tentara Belanda dalam gerombolan itu. Gerombolan yang kerap merampoki desa-desa di sekitar Pegunungan Merapi-Merbabu itu lalu dikenal sebagai Merapi Merbabu Complex (MMC).

“Kepemimpinan MMC dipegang oleh bekas para pejuang yang kecewa karena program rasionalisasi Hatta. Bekas pejuang yang menonjol yang kemudian menjadi pimpinan MMC adalah Umar Junani,” kata Julianto Ibrahim dalam Dinamika Sosial dan Politik Masa Revolusi Indonesia.

Lantaran meresahkan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Jawa Tengah kerap melakukan pembersihan terhadap MMC. Dalam sebuah pembersihan di awal Maret 1953, seorang pemimpin MMC dan beberapa pengikutnya berhasil tertangkap. Koran De Locomotief, 9 Maret 1953, menyebut Kapten S, pemimpin gerombolan, ditangkap bersama beberapa pemimpin gerombolan lainnya dalam operasi gabungan TNI dan polisi.

Operasi militer terus diadakan. Jelang pertengahan 1955 hasilnya terlihat. Koran Java Bode, 14 Mei 1955, memberitakan anggota penting gerombolan MMC seperti Margono, Santoso, Sujud Kridosardjono, Digdo Sadeli, Darsono, dan Amatkijar tertangkap. Mereka ditangkap bersama 140 anggota gerombolan itu. Kendati Umar Junani dan Multajat belum tertangkap, MMC makin melemah.

Banyak anggota MMC yang –dicap kiri– ditangkap itu kemudian ditahan di Penjara Cipinang, Jakarta. Di Cipinang, mereka tetap hidup bersama-sama seperti di hutan waktu bergerilya.

Penjara Cipinang tahun 1947. (Nationaal Archief).

Pada 1950-an itu pula bekas pemberontak dari aliran yang berbeda, Batalyon 426, juga ditahan di Cipinang. Mereka terkait dengan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dicap kanan. Orang terkemuka di kelompok ini adalah bekas komandan Batlayon 426 Mayor Munawar.

“Posisi MMC lebih kuat dibanding kekuatan Batalyon 426, sebab orang-orangnya lebih banyak, serta lebih luwes dalam pergaulan sesama narapidana,” catat Tatto Sugiarto Pradjamanggala dalam Perjalanan.

Lantaran lebih luwes, tokoh terkemuka MMC bernama Bandi dipilih menjadi voorman ster (pemuka seluruh tahanan di dalam penjara) di Cipinang. Posisi itu cukup lama dipegang oleh Bandi. Otoritas penjara menganggapnya berkelakuan baik dan bisa bekerja sama hingga dia mendapat pemotongan masa hukuman. 

Bandi akhirnya dibebaskan. Posisi voorman ster di Cipinang pun tak lagi dipegangnya. Penggantinya adalah eks Mayor Munawar.

Kelompok bekas MMC tak terima bekas DI/TII macam eks Mayor Munawar menjadi voorman ster. Sebab, jumlah kelompok eks MMC lebih banyak di Cipinang. Konflik laten antara kelompok bekas MMC dan kelompok bekas Batalyon 426 pun terjadi. 

Sekitar tiga bulan setelah eks Mayor Munawar menjadi voorman ster, eks Kapten Salmun menggerakkan rekan-rekannya sesama mantan anggota MMC. Sebuah kerusuhan pun terjadi di dalam penjara antara kelompok eks MMC dan eks Batalyon 426.

Kerusuhan itu membuat Mayor Munawar dalam bahaya. Menurut Tatto, eks Mayor Munawar terancam dibunuh orang-orang MMC dalam kerusuhan itu. 

Beruntung masalah itu kemudian berhasil diselesaikan. Langkah yang diambil adalah dengan cara tak mengisi posisi voorman ster dari tahanan bekas MMC maupun bekas DI/TII (Batalyon 426). Orang yang dipilih sebagai voorman ster kemudian adalah Bir Ali, seorang tahanan kriminal yang beroperasi sejak 1950-an hingga 1965. 

Kendati terlibat dalam berbagai kejahatan hingga pembunuhan dan merupakan residivis, Bir Ali lebih bisa diterima sebagai voorman ster oleh para tahanan bekas MMC daripada eks Mayor Munawar.*

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
651d13136dc51cec85cdd122