Anthony van Diemen (1593–1645), gubernur jenderal VOC (1636–1645). (Rijksmuseum/Wikimedia Commons).
Aa
Aa
Aa
Aa
ANTHONY van Diemen dianggap memiliki reputasi yang baik selama bekerja sebagai pegawai VOC hingga kemudian menjadi gubernur jenderal di Batavia. Bahkan, ia disebut sebagai satu dari tiga gubernur jenderal paling berhasil selama pertengahan abad ke-17 bersama Joan Maetsuycker (1653–1678) dan Rijkloff van Goens (1678–1681).
Karier gemilang Van Diemen selama bekerja sebagai pegawai VOC berbanding terbalik dengan kondisinya di masa muda saat menjadi pedagang. Van Diemen, yang lahir di Culemborg pada 1593, memulai kariernya pada 1616 di usia 23 tahun sebagai pedagang di Amsterdam, pelabuhan ramai dan salah satu kota komersial yang tumbuh paling cepat di Eropa.
ANTHONY van Diemen dianggap memiliki reputasi yang baik selama bekerja sebagai pegawai VOC hingga kemudian menjadi gubernur jenderal di Batavia. Bahkan, ia disebut sebagai satu dari tiga gubernur jenderal paling berhasil selama pertengahan abad ke-17 bersama Joan Maetsuycker (1653–1678) dan Rijkloff van Goens (1678–1681).
Karier gemilang Van Diemen selama bekerja sebagai pegawai VOC berbanding terbalik dengan kondisinya di masa muda saat menjadi pedagang. Van Diemen, yang lahir di Culemborg pada 1593, memulai kariernya pada 1616 di usia 23 tahun sebagai pedagang di Amsterdam, pelabuhan ramai dan salah satu kota komersial yang tumbuh paling cepat di Eropa.
Van Diemen menjalin hubungan bisnis dengan pengusaha Jan Engels. Atas nasihat Engels, pemuda kurang berpengalaman itu terlibat usaha spekulatif yang mengakibatkan kerugian besar karena bisnisnya mengalami kegagalan. Van Diemen kian terpuruk karena Engels menolak memberikan bantuan, sehingga ia menyatakan usahanya bangkrut. Alfons van der Kraan menulis dalam “Anthony Van Diemen: From Bankrupt to Governor General, 1593–1636”, jurnal The Great Circle, Vol. 26, No. 2 (2004), bahwa Van Diemen tak hanya kehilangan modal usahanya. Ia juga memiliki utang sekitar 20.000 gulden yang membuatnya berada dalam kesulitan keuangan yang parah.
Bagi Van Diemen, kebangkrutan merupakan masalah sangat serius. Bukan hanya karena kerugian materi yang harus ia tanggung, tetapi juga karena pada abad ke-17 kebangkrutan dipandang sebagai kegagalan moral. “Bangkrut dianggap sebagai karakter yang tidak terhormat; mereka yang bangkrut kerap dijauhi dalam masyarakat dan dikeluarkan dari sebagian besar jenis pekerjaan,” tulis Van der Kraan.
Van Diemen mencoba berbagai upaya untuk menyelesaikan utang-utangnya kepada para kreditur. Ia sempat menulis surat kepada kreditur utamanya, Amsterdam Chamber of the East India Company, meminta dikirim ke Hindia Belanda untuk bekerja sebagai saudagar atau saudagar muda demi melunasi kewajibannya. Sebagai bentuk tanggung jawab, dalam suratnya Van Diemen mengusulkan agar pihak kompeni menahan gaji bulanannya untuk secara bertahap melunasi utang-utangnya.
Permintaan Van Diemen itu diabaikan. Pasalnya, dalam kebijakan ketenagakerjaan kompeni, yang telah ditetapkan oleh para direktur Calvinis, melarang keterlibatan tidak hanya semua penjahat dan semua orang yang memiliki reputasi buruk, tetapi juga semua orang yang bangkrut.
Kegagalan membuat Van Diemen memutuskan kembali ke rumah orang tuanya di Culemborg. Ia tinggal di sana selama lebih dari satu tahun. Akhirnya, didorong rasa putus asa, Van Diemen nekat mendaftar sebagai tentara VOC. Khawatir ditolak karena pihak kompeni mengetahui dirinya bangkrut, Van Diemen mendaftar dengan nama samaran Thonisz Meeuwisz van Utrecht.
Menurut sejarawan W. Ph. Coolhaas dalam “Gegevens Over Antonio Van Diemen,” jurnal Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, Deel 103, 3/4de Afl. (1946), Van Diemen menggunakan nama Thonisz Meeuwisz van Utrecht kemungkinan besar karena berkaitan dengan sejarah keluarganya. Hal itu terlihat dari penggunaan nama Meeuwisz yang berkaitan dengan ayahnya, Bartholomeus, yang dalam kehidupan sehari-hari dipanggil Mees atau Meeuwis. Sementara Van Utrecht merujuk pada tempat di mana Van Diemen tinggal dan bersekolah.
Pergi ke Hindia Belanda
Dengan menggunakan nama samaran, Van Diemen berhasil menjadi salah seorang yang akan dikirim ke Hindia untuk bekerja kepada kompeni. Ia menjadi kadet dengan gaji sepuluh gulden per bulan. Van Diemen berlayar dengan Mauritius, salah satu kapal terbaik kompeni, menuju Hindia pada awal Januari 1618 dan berlabuh di Batavia pada akhir Agustus 1618.
Kapal Mauritius tiba pada masa genting, di mana beberapa bulan sebelumnya Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen memindahkan kantor pusat operasi kompeni di Hindia dari Banten ke kota Jacatra, yang kemudian berganti nama menjadi Batavia. Coen bekerja keras membangun benteng di wilayah itu, karena pemindahan kantor pusat kompeni akibat dari pembangkangan terhadap sultan Banten yang mengklaim wilayah Jacatra. Selain itu, armada Inggris yang berlayar di bawah kendali Sir Thomas Dale telah berkumpul di Hindia, dan kemungkinan akan bergabung dengan sultan Banten untuk mengusir Belanda dari wilayah Jawa.
Kemungkinan besar Van Diemen dan rekan-rekan prajurit lainnya yang baru tiba diminta untuk membangun benteng Batavia. Namun, ia segera menarik perhatian Coen yang membebaskannya dari kerja kasar. Menurut Van der Kraan, kemungkinan Coen, yang memiliki kebiasaan menginspeksi secara pribadi semua personel yang tiba, memilih Van Diemen karena dianggap lebih berbudaya dari para prajurit lainnya. “Ada kemungkinan juga bahwa Van Diemen menyampaikan sejumlah petisi kepada gubernur jenderal atas nama rekan-rekan prajuritnya dan bahwa petisi ini menarik perhatian Coen karena komposisi dan gayanya yang sangat bagus,” tulis Van der Kraan.
Coen memanggil Van Diemen untuk menghadapnya. Pertemuan itu menjadi titik balik kehidupan Van Diemen. Di hadapan sang gubernur jenderal, Van Diemen membuka identitas aslinya. Ia mengatakan pada Coen bahwa dirinya mendaftar sebagai tentara dengan menggunakan nama samaran. Selain itu, ia juga bercerita tentang masa kecilnya di Culemborg dan pendidikan di Sekolah Latin di Utrecht, di mana ia belajar teologi, matematika, akuntasi, dan berbagai mata pelajaran yang dianggap perlu untuk berkarier dalam perdagangan.
Bangkrut dianggap sebagai karakter yang tidak terhormat; mereka yang bangkrut kerap dijauhi dalam masyarakat dan dikeluarkan dari sebagian besar jenis pekerjaan.
Van Diemen turut menceritakan kepada Coen tentang kebangkrutan yang dialaminya dan upayanya menyelesaikan masalah tersebut. Terkesan dengan kejujuran pemuda itu dan ambisinya untuk membangun sebuah kota yang dihuni oleh orang-orang berbudaya dan terpelajar, Coen pun memaafkan dan melindungi Van Diemen. Bahkan, Coen tanpa ragu menempatkan Van Diemen untuk bekerja dengan masa percobaan di sekretariatnya. Ia diberi tugas mengurus administrasi umum, seperti menyimpan buku rekening, menyalin surat, dan sejenisnya.
Tak butuh waktu lama bagi Van Diemen untuk membuktikan kemampuannya dan mendapat kepercayaan dari Coen. Tak heran, saat mendapat surat dari direktur kompeni di Belanda yang isinya menjelekkan Van Diemen dan memintanya memberhentikan pemuda tersebut dari pekerjaannya, Coen pun menolak.
Van Diemen mengetahui isi surat direktur kompeni untuk Coen itu. Merasa tercoreng harga dirinya, ia kemudian menulis surat langsung kepada direktur kompeni. Meski para direktur kompeni tidak membalas surat Van Diemen, Coen yang mengetahui hal tersebut semakin menghargai Van Diemen. Bahkan, Coen mempromosikannya sebagai asisten dengan gaji 20 gulden per bulan pada awal Oktober 1619. Pada tahun berikutnya, Coen mempercayakan Van Diemen untuk mengaudit pos perdagangan kompeni di Hirado, Jepang. Sebagai pengakuan atas kecermatannya dalam menjalankan tugas itu, pada Januari 1621 Coen menaikkan gaji Van Diemen menjadi 50 puluh gulden per bulan, dan selanjutnya menaikkan pangkatnya menjadi pedagang senior dengan penghasilan 90 gulden per bulan.
Karier Van Diemen terus merangkak naik. “Hanya dalam waktu enam tahun ia telah naik pangkat dari prajurit menjadi anggota Dewan Hindia, anggota dewan eksekutif beranggotakan enam orang yang bersama gubernur jenderal membahas semua hal penting mengenai operasi kompeni di wilayah Timur,” tulis Van der Kraan.
Menjadi Gubernur Jenderal
Setelah kematian Coen pada 1629, Van Diemen menjalin hubungan baik dengan Gubernur Jenderal Jacques Specx (1629–1632) dan Hendrik Brouwer (1632–1636), membuatnya tetap memiliki jabatan bergengsi. Bahkan, di masa kepemimpinan Brouwer, Van Diemen menjabat direktur jenderal, pejabat tertinggi atau orang nomor dua setelah gubenur jenderal di wilayah koloni. Setelah tiga tahun menjabat, Brouwer secara sukarela mengundurkan diri untuk digantikan oleh Van Diemen yang dilantik sebagai gubernur jenderal pada Januari 1636.
Selama sembilan tahun menjabat gubernur jenderal, Van Diemen dipandang sukses memperkuat cengkeraman kompeni atas perdagangan cengkih di Maluku yang sangat menguntungkan. Namun, menurut Holden Furber dalam Rival Empires of Trade in the Orient, 1600–1800, Van Diemen justru dianggap lebih berhasil dalam mencegah Mataram atau kekuatan lokal lainnya mendominasi jantung Nusantara –Jawa dan Sumatra– dibanding memperketat monopoli rempah-rempah.
“Relatif mudah untuk merundingkan gencatan senjata dengan Banten, dan dalam kasus lain, mengambil keuntungan dari gelombang baru Islamisasi yang selama seperempat abad 1625–1650, menyapu pulau-pulau yang mendorong kebanggaan para penguasa lokal akan identitas mereka sendiri,” sebut Furber.
Sementara itu, sejarawan dan arsiparis Mona Lohanda dalam Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia menyebut Van Diemen dikenal sebagai gubernur jenderal yang menetapkan landasan bagi kehidupan lembaga administrasi kota. “Ia melakukan konsolidasi kelembagaan ini dengan menyusun sebuah kompilasi dari segala peraturan yang sudah diundangkan mengenai tata kehidupan perkotaan dalam administrasi VOC,” tulis Mona.
Kumpulan peraturan itu dikenal dengan De Bataviasche Statuten yang diterbitkan pada 1642. Masa jabatan Anthony van Diemen berakhir saat ia tutup usia di Batavia pada 19 April 1645 dan digantikan oleh Cornelis van der Lijn (1645–1650).*