Raja Hotel Asia Tenggara

Keluarga Sarkies membangun jaringan hotel mewah di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hotel itu masih terawat baik.

OLEH:
Budi Setiyono
.
Raja Hotel Asia TenggaraRaja Hotel Asia Tenggara
cover caption
Hotel Oranje di di Jalan Tunjungan, Surabaya. (dewey.petra.ac.id).

MELIHAT bendera Belanda berkibar di atas hotel, para pemuda Surabaya marah. Negosiasi untuk menurunkan bendera itu gagal, bahkan berujung ricuh. Empat pemuda pun nekat mendekat dan naik ke atas hotel. Setelah menurunkan bendera, merobek warna birunya, mereka menaikkan kembali bendera itu. Massa-rakyat yang berkumpul menyambut dengan gegap-gempita sembari meneriakkan pekik “Merdeka...!”

Insiden tersebut terjadi pada September 1945 di Hotel Yamato. Menyusul insiden tersebut, hotel ini lebih dikenal sebagai Hotel Merdeka. Ia masih berfungsi hingga kini dengan nama Hotel Majapahit.

Hotel Majapahit adalah satu dari beberapa hotel yang didirikan keluarga Sarkies di kawasan Asia Tenggara. Mulanya bernama Oranje Hotel, didirikan Lucas Martin Sarkies pada 1911. Isles of the East, buku panduan yang disusun Mayor W. Lock (editor utama) dan diterbitkan perusahaan pelayaran Koninklijke Paketvaart Maatschappij (PKM) tahun 1912, menyebutnya sebagai hotel paling elegan dan nyaman.

MELIHAT bendera Belanda berkibar di atas hotel, para pemuda Surabaya marah. Negosiasi untuk menurunkan bendera itu gagal, bahkan berujung ricuh. Empat pemuda pun nekat mendekat dan naik ke atas hotel. Setelah menurunkan bendera, merobek warna birunya, mereka menaikkan kembali bendera itu. Massa-rakyat yang berkumpul menyambut dengan gegap-gempita sembari meneriakkan pekik “Merdeka...!”

Insiden tersebut terjadi pada September 1945 di Hotel Yamato. Menyusul insiden tersebut, hotel ini lebih dikenal sebagai Hotel Merdeka. Ia masih berfungsi hingga kini dengan nama Hotel Majapahit.

Hotel Majapahit adalah satu dari beberapa hotel yang didirikan keluarga Sarkies di kawasan Asia Tenggara. Mulanya bernama Oranje Hotel, didirikan Lucas Martin Sarkies pada 1911. Isles of the East, buku panduan yang disusun Mayor W. Lock (editor utama) dan diterbitkan perusahaan pelayaran Koninklijke Paketvaart Maatschappij (PKM) tahun 1912, menyebutnya sebagai hotel paling elegan dan nyaman.

“Mr. Sarkies, yang keluarganya di seluruh wilayah Timur dapat digambarkan sebagai orang-orang berpengalaman dalam seni manajemen hotel, dikelilingi staf-staf paling efisien, yang menyajikan layanan terbaik di Jawa. Sebuah mobil angkutan (omnibus) menunggu kereta di Stasiun Goebeng dan para penumpang yang tiba dengan kapal di Oedjong, mengantarkan mereka dalam beberapa menit ke ‘Oranje’.”

Lucas Martin Sarkies dan istri. (dewey.petra.ac.id).

Sarkies Bersaudara

Keluarga Sarkies termasuk gelombang pertama diaspora dagang Armenia yang bermigrasi ke Timur karena kemelut politik di negeri asal. Anggota-anggota dari keluarga Sarkies menancapkan kuku mereka dalam dunia perdagangan di kawasan Asia Tenggara.

Bisnis perhotelan dimulai oleh Tigran, berusia 23 tahun, dengan mendirikan Eastern Hotel di Penang pada 15 April 1884. Bersama kakaknya, Martin, dia kemudian mengakuisi Hotel de l’Europe yang terletak di pinggir laut di Farquar Street dan menamainya Oriental Hotel. Setelah adik mereka, Aviet, bergabung, kedua hotel itu dimerger menjadi Eastern dan Oriental Hotel yang disingkat E. & O.

Bermodal pengalaman, Tigran dan Martin Sarkies melihat kemungkinan membuka hotel baru di Singapura. Mereka menemukan sebuah bungalow besar di sudut pantai dan cukup dekat dengan pusat komersial. Dengan beberapa perubahan dan perbaikan, Tigran mengumumkan pembukaan hotel baru yang diberi nama Raffles Hotel pada Desember 1887. Hotel ini kemudian jadi hotel paling terkenal di Asia.

Ketika Martin pensiun dan kembali ke Isfahan pada akhir 1890, adik bungsu Arshak bergabung. Segera tiga bersaudara ini berbagi tugas: Tigran bertanggungjawab atas Raffles Hotel, Aviet membuka dan menjalankan The Strand Hotel di Rangoon, Burma (Myanmar) pada 1901, dan Arshak mengendalikan E. & O. Mereka juga mengelola Crag Hotel di Penang Hill, yang dibangun 1870-an, milik gabungan usaha tembakau Belanda yang dibentuk di Deli, Sumatra.

Sarkies Bersaudara kemudian dikenal sebagai pelaku bisnis perhotelan terkemuka di Timur. “Bisnis mereka di Penang dan Singapura mendominasi industri perhotelan di Straits Settlements selama hampir lima puluh tahun,” tulis Nadia H. Wright dalam Respected Citizens: the History of Armenians in Singapore and Malaysia. Straits Settlements adalah sebutan untuk bekas jajahan Inggris yang mencakup Penang, Malaka, dan Singapura.

Tigran dan Martin meninggal dunia tahun 1912, Aviet tahun 1923, sementara Arshak yang kemudian mengelola semua hotel meninggal pada 1931. Satu per satu hotel mereka dinyatakan pailit. Kisah sukses Sarkies Bersaudara berakhir namun warisan mereka masih terjaga. Raffles Hotel, E. & O., dan The Strand masih bertahan di bawah pemilik yang berbeda.

Hotel Sarkies di Jalan Embong, Malang. (Tropenmuseum).

Generasi Penerus

Lucas Martin Sarkies, putra Martin Sarkies, melanjutkan tradisi bisnis keluarga. Lucas lahir di Penang tahun 1876. Pada usia 11 tahun dia pergi ke Malang, Jawa Timur, untuk bergabung dengan kakaknya, Aratoon, yang punya sebuah toko kelontong. Setelah menimba pengalaman, dan menikah dengan sosialita asal Belgia Charlotte Heyligers, pada 1900 Lucas pindah ke Surabaya dan membuka toko kelontong sendiri.

Pada 1910, Lucas membeli sebidang tanah seluas 1.000 m3 di Jalan Tunjungan, Surabaya. Dia meminta James Afprey, arsitek Inggris, untuk mendesain sebuah hotel bergaya art nouveau. Peletakan batu pertama pembangunan hotel dilakukan anaknya, Eugene Lucas Martin. Pada 1911, hotel itu dibuka untuk umum dengan nama Oranje Hotel.  

“Pilihan Sarkies untuk mendirikan hotel di Toenjoengan... merupakan pilihan yang amat tepat, walaupun ketika hotel tersebut didirikan kondisi Jalan Tunjungan masih relatif sepi. Ruas jalan ini pada akhirnya berkembang menjadi pusat bisnis yang sangat strategis dan pesat seiring dengan semakin melebarnya Kota Surabaya ke arah selatan,” tulis Purnawan Basundoro, dosen sejarah Universitas Airlangga, dalam Pengantar Sejarah Kota.

Demi menimba ilmu, Lucas tak segan pergi ke Amerika Serikat untuk mempelajari bisnis dan manajemen perhotelan. Dia juga melakukan perluasan hotel pada 1923 dan 1926. Kemudian pada 1936 lobi hotel bergaya art deco ditambahkan. Peresmian ulang dihadiri Leopold III, putra mahkota kerajaan Belgia, bintang film Charlie Chaplin dan Paulette Goddard, serta penulis Joseph Conrad. Segera hotel ini meraih popularitasnya.

Dari kekayaan yang dimilikinya, Lucas tak lupa memberikan sumbangsih bagi komunitas Armenia di Surabaya. Dia membangun sebuah ruang kelas khusus di atas lahan Gereja St. George pada 1927. Dengan ruang kelas itu, anak-anak Armenia bisa belajar dengan baik dalam bahasa ibu mereka, yang tadinya hanya bisa dilakukan sore hari di sebuah sekolah Belanda.

Keluarga Sarkies lainnya, John Martin Sarkies (1872-1940), mendirikan sebuah hotel di Jalan Embong Malang, tak jauh dari Oranje Hotel. Namanya Hotel J.M. Sarkies, didirikan tahun 1908. Dalam daftar hotel yang disajikan Isles of the East, juga terdapat Hotel Sarkies di Kuningan, Jawa Barat. Tak ada keterangan lain tentang hotel ini.

Keluarga Sarkies juga memiliki sebuah villa peristirahatan keluarga di Batu, Malang, yang dibangun tahun 1891. Villa ini kemudian dijual kepada keluarga Tionghoa pada 1931. Sekarang menjadi Hotel Kartika Wijaya.

Lucas Martin Sarkies kemudian menyerahkan pengelolaan hotel pada anak lelakinya, Eugene Sarkies. Dia memilih menghabiskan masa hidupnya di sebuah villa peristirahatan di Lawang, Malang –kini menjadi Hotel Niagara– dan meninggal di sana pada 10 Januari 1941. Sementara istrinya meninggal di kamp interniran Jepang di Jawa Tengah pada 1945.

Pendudukan Jepang menjadi awal kehancuran bisnis keluarga ini. Oranje Hotel dikuasai tentara Jepang, diubah namanya jadi Yamato Hoteru atau Hotel Yamato, dan dipakai untuk markas tentara dan barak tawanan orang-orang Eropa. Usai Jepang kalah perang, giliran Sekutu yang menduduki hotel ini.

Pada 1946, keluarga Sarkies kembali menguasai dan mengelola hotel tersebut dan mengubah namanya jadi LMS Hotel untuk mengenang Lucas Martin Sarkies. Nama itu melekat sampai 1969. Setelah itu hotel bergonta-ganti kepemilikan dan nama. Saat ini, di bawah bendera CCM Group, hotel ini menggunakan nama Hotel Majapahit.

Sementara Hotel Sarkies di Jalan Embong Malang sempat dikuasai pasukan L-I (L=Liar) sebelum jatuh ke tangan Inggris dalam sebuah pertempuran. Tak seperti Oranje Hotel, Hotel Sarkies telah dibongkar untuk perluasan Tunjungan Plaza dan Hotel Sheraton.*

Majalah Historia No. 24 Tahun II 2015

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
676f69ae1cafffb97c4eb8b5