Sejalan Mencari Kebenaran

Dasar moral organisasi Boedi Oetomo dipengaruhi oleh pemikiran Teosofi. Keduanya memiliki prinsip sejalan dalam memajukan bangsa Jawa.

OLEH:
Rahadian Rundjan
.
Sejalan Mencari KebenaranSejalan Mencari Kebenaran
cover caption
Komite Pengembangan Budaya Jawa. (KITLV).

PETANG hari, 16 Januari 1909, sebagian anggota Boedi Oetomo seolah mendapat pencerahan. Dalam pertemuan Boedi Oetomo di Gambir yang dihadiri sekitar 300 anggota, Dirk van Hinloopen Labberton, sekretaris jenderal Himpunan Teosofi Hindia Belanda, menjabarkan soal masalah agama dan bagaimana cara menempatkannya sebagai dasar moral pergerakan bangsa Jawa.  

Labberton berulang kali mengatakan, sudah kehendak Allah bahwa Indonesia kini dikuasai Belanda. Dia berbicara tentang persaudaraan kemanusiaan, teori-teori ras yang kabur, dan harapannya bahwa Tuhan dapat meningkatkan pengetahuan dan moralitas masyarakat Hindia.

Labberton juga menekankan pentingnya swawinaya (kedisiplinan diri) sebagai sarana rekonstruksi mental orang-orang Jawa. Caranya dengan meninggalkan tujuh kejahatan yang semuanya berawalan aksara ma: main (berjudi), madon (melacur), minum (mabuk), madat (mencandu), maling (mencuri), mada (menyumpahi), dan mangani (rakus).

PETANG hari, 16 Januari 1909, sebagian anggota Boedi Oetomo seolah mendapat pencerahan. Dalam pertemuan Boedi Oetomo di Gambir yang dihadiri sekitar 300 anggota, Dirk van Hinloopen Labberton, sekretaris jenderal Himpunan Teosofi Hindia Belanda, menjabarkan soal masalah agama dan bagaimana cara menempatkannya sebagai dasar moral pergerakan bangsa Jawa.  

Labberton berulang kali mengatakan, sudah kehendak Allah bahwa Indonesia kini dikuasai Belanda. Dia berbicara tentang persaudaraan kemanusiaan, teori-teori ras yang kabur, dan harapannya bahwa Tuhan dapat meningkatkan pengetahuan dan moralitas masyarakat Hindia.

Labberton juga menekankan pentingnya swawinaya (kedisiplinan diri) sebagai sarana rekonstruksi mental orang-orang Jawa. Caranya dengan meninggalkan tujuh kejahatan yang semuanya berawalan aksara ma: main (berjudi), madon (melacur), minum (mabuk), madat (mencandu), maling (mencuri), mada (menyumpahi), dan mangani (rakus).

“Sementara orang mungkin meragukan gerakan organisasi pribumi tersebut, yang mudah terpengaruh takhayul, lebih jauh ke dalam bentuk-bentuk mistisisme, tentu kesimpulan dari pidato [Labberton] layak mendapat dukungan luas, karena dia menunjukkan keangkuhan dan kesalahan dari pengetahuan yang tidak mengaitkan dengan agama yang lebih tinggi dan cara hidup yang benar,” tulis seorang wartawan Belanda mengenai pidato Labberton dalam Bataviaasch Niewsblad, 18 Januari 1909, sebagaimana dikutip Herman A.O. de Tollenaere dalam The Politics of Divine Wisdom.

Menariknya, dalam ceramah itu, Labberton menggunakan bahasa Melayu, bukan Belanda maupun Jawa, dengan alasan memecah kekakuan berbahasa di kalangan orang Jawa lebih luas. Menurut Akira Nagazumi, penggunaan bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi dalam rapat-rapat Boedi Oetomo setelahnya menjadi semakin penting. “Pidato yang diucapkan Van Hinloopen Labberton mendorong gerakan ke arah itu,” tulis Akira Nagazumi dalam Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908–1918.

Pidato Labberton merupakan persentuhan kali pertama antara Boedi Oetomo dan Teosofi. Namun, pengaruhnya bagi Boedi Oetomo luar biasa.  

Hasil langsung dari ceramah tersebut adalah terbentuknya organisasi bernama Tujuh M di Bogor pada Februari 1909. Pendirinya Notosoediro, Natiningrat, dan Tedjokoesoemo, semuanya anggota Boedi Oetomo. Tujuh M berusaha menegakkan swaninaya dengan melawan tujuh kejahatan. Boedi Oetomo, seperti termuat dalam dokumen Verbaal, 26 Mei 1909 No. 31, juga diajak bekerjasama dengan pemerintah Hindia Belanda untuk memerangi penggunaan opium di kalangan orang Jawa.

Teosofi dalam kaitannya dengan Boedi Oetomo oleh Dirk van Hinloopen Labberton. (KITLV).

Teosofi

Himpunan Teosofi adalah sebuah organisasi internasional yang didirikan tahun 1875 di New York, Amerika Serikat, oleh Helena P. Blavatsky, Henry S. Olcott, dan W.Q. Judge. Sejak 1883, pusat gerakan dipindahkan ke Adyar, India. Salah satu alasannya Teosofi kental dengan pengaruh nilai-nilai spiritual Hindu dan Buddha seperti kepercayaan kepada karma, reinkarnasi, dan okultisme. “Tidak ada agama di atas kebenaran sejati” adalah moto utama Teosofi.

Tak diketahui dengan jelas kegiatan Teosofi di Hindia Belanda, khususnya di kalangan orang-orang Jawa, hingga muncul sosok Labberton.

Labberton datang ke Jawa tahun 1895 untuk bekerja di pabrik gula dan pada 1899 bergabung dengan Teosofi. Menjelang pergantian abad ke-20, Teosofi mulai berkembang pesat di kota-kota urban di Jawa seperti Batavia, Buitenzorg (Bogor), Surabaya, Yogyakarta, dan Solo.

Labberton dekat dengan berbagai spektrum politik di Hindia Belanda, memiliki pengetahuan filsafat, budaya, dan bahasa Jawa. Dia mendapat julukan Kiai Santri. Berkat keahliannya, dia dikenal luas di kalangan tokoh pergerakan nasional, kalangan etis, sampai pemerintah kolonial.

Teosofi untuk Boedi Oetomo. (KITLV).

“Kiai ini menjadi pusat, sumber bagi kita, oleh karena pergaulannya yang akrab dengan banyak tokoh penting dari kalangan mana saja. Kita dengan mudah bisa mendapatkan informasi tentang sejumlah masalah yang menjadi bahan pembicaraan dan pembahasan dalam kelompok kita,” tulis Soetomo pada 1933 dalam Kenang-kenangan.

Ketika Boedi Oetomo didirikan tahun 1908, Labberton memiliki ketertarikan pada organisasi ini, begitu pula sebaliknya. Karena itulah dia sering beroleh kesempatan berbicara dalam pertemuan-pertemuan Boedi Oetomo.  

Beberapa anggota Boedi Oetomo kemudian bergabung dengan Teosofi seperti Radjiman Wedyodiningrat, Soetatmo Soeriokoesoemo, Mangoenkoesoemo bersaudara, dan Satiman Wirjosandjojo. Bahkan, Radjiman mengutarakan bahwa nilai-nilai Boedi Oetomo dan Teosofi sejalan dalam kongres tahun 1917.  

“Kebanyakan kaum priayi Jawa amat tertarik dengan Teosofi karena pengajarannya memperlihatkan kesamaan dengan tradisi spiritual Jawa yang mereka sudah kenal meski tidak dipelajari dengan sungguh-sungguh,” ujar Iskandar P. Nugraha, penulis buku Teosofi, Nasionalisme dan Elite Modern Indonesia, kepada Historia.  

“Tampaknya suatu suasana intelektual para priayi Jawa telah dikondisikan oleh jembatan organisasi Teosofi yang oleh beberapa sejarawan diakui menjadi bapak angkat kaum intelektual Indonesia pada masa awal nasionalisme.”

Pewarta Teosofi. (KITLV).

Memajukan Budaya Jawa

Boedi Oetomo dan Teosofi masuk ke dalam ranah politik hampir bersamaan ketika mereka merespons isu Indie Werbaar (milisi bumiputra). Atas nama prinsip persaudaraan, Labberton menyarankan bangsa Jawa ikut melindungi tanah airnya, Hindia, bersama bangsa Belanda. Labberton akhirnya terpilih sebaga ketua Komite Indie Werbaar yang berangkat ke Belanda tahun 1916 dan meloloskan pembentukan Volksraad.

Boedi Oetomo dan Teosofi juga terlibat dalam memajukan budaya Jawa. Ini ditunjukkan dalam konferensi pengembangan budaya Jawa di Solo (Surakarta) pada Juli 1918, yang dipimpin Pangeran Ario Adipati Prabu Prangwadono atau Mangkunegara VII.

Salah satu hasil konferensi adalah pembentukan Comite voor Javaanse Cultuurontwikkeling (Komite Pengembangan Budaya Jawa) dengan pengurus campuran antara anggota Boedi Oetomo dan Teosofi. Ketuanya Sastrowidjono. Labberton, dan Tjipto Mangoenkoesoemo juga tergabung di dalamnya. Dari komite ini lahir Java Instituut, sebuah institusi khusus pengembangan budaya Jawa.

Hubungan Boedi Oetomo dan Teosofi mulai meregang ketika Labberton meninggalkan Hindia Belanda pada 1922. Karisma Labberton sudah memudar di kalangan teosof karena dianggap terlalu jauh memihak gerakan politik kaum bumiputra. Ditambah tekanan dari Gubernur Jenderal D. Fock yang tidak toleran terhadap politik kaum bumiputra. Labberton pergi ke Australia, kemudian menetap di Jepang, sebelum kembali ke Belanda tahun 1926.

Seiring makin radikalnya Boedi Oetomo, hubungan dengan Teosofi yang setia pada jalur moderat pun terputus.*

Majalah Historia No. 20 Tahun II 2014

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
6645f286347b7dd2613904c3