Si Kecil Sarat Arti

Perangko menjadi identitas sebuah negara merdeka. Lewat perangko, kita bisa menapaktilasi perjalanan Indonesia.

OLEH:
Darma Ismayanto
.
Si Kecil Sarat ArtiSi Kecil Sarat Arti
cover caption
Perangko seri Conefo bergambar Presiden Sukarno. (old-stamps.com).

USAI memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Jakarta tetap bukanlah tempat yang aman. Tentara NICA-Belanda terus melancarkan aksi untuk menguasai Jakarta. Dalam rapat kabinet 3 Januari 1946 para pemimpin Republik memutuskan untuk memindahkan ibu kota ke Yogyakarta.

Sejumlah upaya dilakukan untuk menunjukkan eksistensi negara yang baru merdeka dan berdaulat ini. Salah satunya menerbitkan perangko. “Indonesia mencetak perangko untuk kali pertama pada 1946 untuk memperingati setengah tahun kemerdekaan. Gambarnya banteng sedang menarik rantai, sebagai simbol telah terbebas dari penjajahan,” ujar Lutfie, ketua Bidang Pameran di Perkumpulan Filatelis Indonesia.  

Dengan perangko, Indonesia bisa menjalin hubungan dengan negara lain sekaligus mempromosikan negara yang masih muda ini. “Perangko-perangko awal kemerdekaan dijadikan alat propaganda untuk mengenalkan nama Indonesia ke luar negeri,” ujar Lutfie.

USAI memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Jakarta tetap bukanlah tempat yang aman. Tentara NICA-Belanda terus melancarkan aksi untuk menguasai Jakarta. Dalam rapat kabinet 3 Januari 1946 para pemimpin Republik memutuskan untuk memindahkan ibu kota ke Yogyakarta.

Sejumlah upaya dilakukan untuk menunjukkan eksistensi negara yang baru merdeka dan berdaulat ini. Salah satunya menerbitkan perangko. “Indonesia mencetak perangko untuk kali pertama pada 1946 untuk memperingati setengah tahun kemerdekaan. Gambarnya banteng sedang menarik rantai, sebagai simbol telah terbebas dari penjajahan,” ujar Lutfie, ketua Bidang Pameran di Perkumpulan Filatelis Indonesia.  

Dengan perangko, Indonesia bisa menjalin hubungan dengan negara lain sekaligus mempromosikan negara yang masih muda ini. “Perangko-perangko awal kemerdekaan dijadikan alat propaganda untuk mengenalkan nama Indonesia ke luar negeri,” ujar Lutfie.  

Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia Jilid II menulis, ketika pemerintah Indonesia berkedudukan di Yogyakarta awal 1946, beberapa seri perangko dicetak oleh percetakan di Bandung, Solo, Yogyakarta, dan Jakarta. Namun, akibat perang dan blokade Belanda, hanya beberapa seri perangko yang terlihat di luar daerah Republik.  

Selain mencetak di dalam negeri, Jawatan Pos, Telekomunikasi, Telegraf (PPT) Republik Indonesia mencetak beberapa seri perangko di Amerika Serikat dan Austria. Antara lain Perangko Udara dan perangko untuk memperingati kegagalan blokade Belanda. Perangko-perangko ini menjadi sarana untuk mempromosikan nama Republik Indonesia di luar negeri.

Perundingan Perangko

Di masa revolusi, menerbitkan dan mengedarkan prangko bukanlah hal mudah. Agresi militer Belanda menjadi salah satu kendala. Ini tercermin saat penandatanganan Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948, yang antara lain menyetujui garis demarkasi yang memisahkan wilayah Republik dan daerah pendudukan Belanda.  

Usai perundingan, soal penggunaan perangko menjadi bahasan alot kedua pihak. Bagi Belanda, apabila perangko Republik boleh dipakai buat surat dari daerah Republik ke daerah pendudukan, ini berarti koridor penjagaan tembus, perhubungan pos akan lepas, dan surat-menyurat yang bebas akan lebih mempersatukan rakyat Indonesia.

Pada 31 Maret 1948, ahli-ahli PTT berunding dengan Belanda di Jakarta. Saat itu delegasi Indonesia menyatakan bersedia menjual perangko Hindia Belanda di daerah Republik bagi surat-surat ke luar negeri, asalkan perangko Republik boleh dipakai bagi surat-surat dari daerah Republik untuk daerah pendudukan. Usul ini ditolak Belanda.  

Perundingan berikutnya dilakukan di Kaliurang pada 31 Mei 1948. Belanda mengusulkan agar perangko Belanda boleh dipakai di Republik, tetapi perangko Republik tak boleh dipakai di daerah pendudukan. Tentu saja pihak Indonesia menolak. Alotnya perundingan menunjukkan bagaimana perangko sebagai benda pos punya nilai politis.  

“Seperti sekarang ada penerbitan perangko joint issue, misal Indonesia-Jepang. Hal itu diharapkan dapat berdampak pada semakin eratnya hubungan diplomatik kedua negara,” ujar Lutfie.  

Perangko ala Amerika

Pada 27 Desember 1949, sebagai hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB), Indonesia menjadi negara federasi dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). Momen terbentuknya RIS terekam dalam Perangko RIS, dengan harga 15 sen bergambar bendera Merah Putih.  

Perangko RIS terbit dua macam ukuran. Ukuran besar 21 x 26 1/2 mm diterbitkan pada 17 Januari 1950 dan ukuran kecil 18 x 23 mm diterbitkan pada Juni 1950. Ini adalah perangko pertama dengan torehan teks “Republik Indonesia Serikat”. Saat RIS dibubarkan dan terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, untuk memperingatinya diterbitkan perangko seri Garuda; sekaligus memperingati ulang tahun ke-5 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Perangko ini bergambar lambang negara, Garuda Pancasila, dengan harga 15 sen, 25 sen, dan Rp1.  

Selain itu, terbit pula beberapa seri perangko lainnya, antara lain seri Angka (smelt) dan Bangunan (dengan gambar rumah dan candi) yang dibubuhi cetak tindih “RIS”, dan Peringatan UPU seri UPU.  

Yang menarik, tak lama setelah penyerahan kedaulatan, pemerintah Indonesia juga menerbitkan seri perangko untuk menunjukkan pengaruh Amerika Serikat dalam KMB. “Untuk mengakui kenyataan tersebut, perangko-perangko itu bergambar para arsitek utama Republik Indonesia yang disandingkan dengan para leluhur politik mereka di Amerika kolonial abad ke-18 dan presiden Amerika Serikat pada saat Perang Saudara, abad ke-19, yang berhasil mencegah pecahnya Amerika Serikat,” tulis Frances Gouda and Thijs Brocades Zaalberg dalam Indonesia Merdeka karena Amerika?

Perangko itu menggambarkan Sukarno bersanding George Washington, Mohammad Hatta dengan Abraham Lincoln, Sutan Sjahrir dengan Thomas Jefferson, Agus Salim dengan Benjamin Franklin, dan A.A. Maramis dengan Alexander Hamilton. Jika perangko bergambar Sukarno bernilai paling tinggi, perangko bergambar Sjahrir paling murah. Ironis, karena Thomas Jefferson, otak dari Declaration of Independence yang sebenarnya sangat dihormati. Namun, bisa dipahami karena peran politik Sjahrir sudah berkurang sejak mengundurkan diri dari dunia politik pada tahap akhir revolusi.

Peristiwa Internasional

Perangko hampir tak pernah absen merekam perjalanan sejarah atau peristiwa-peristiwa penting di Indonesia. Selain itu, perangko merekam kiprah Indonesia dalam pergaulan internasional. Perangko peringatan seri UNO salah satunya. Ia diterbitkan pada 24 Oktober 1951 untuk memperingati ulang tahun ke-6 Perserikatan Bangsabangsa (PBB) dan satu tahun Indonesia diterima menjadi anggotanya. Perangko dicetak dengan harga 7½ sen, 10 sen, 20 sen, 30 sen, dan Rp1. Pencetakannya dilakukan oleh American Banknote Company di New York, Amerika.  

Perangko peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada 18–24 April 1955, diterbitkan pada 18 April 1955. Perangko ini bergambar, serombongan orang rata-rata dengan tangan terbuka seperti sedang menyambut sesuatu, diiringi sekelompok merpati di atasnya menuju suatu tempat di bola dunia di hadapan mereka, pada bola dunia tersebut tergambar peta: Indonesia. Perhelatan KAA menjadi momentum kebangkitan sekaligus upaya menjalin kerja sama dan persahabatan negara-negara Asia-Afrika. Sebagai bagian dari semangat itu, diadakan Konferensi Mahasiswa Asia-Afrika di Bandung pada 16 Mei 1956 dan Konferensi Wartawan Asia-Afrika pada 1963. Kedua momen bersejarah tersebut terekam dalam perangko.  

Karena merasa PBB tak becus dalam menangani konflik Indonesia-Malaysia, pada 20 Januari 1965, Sukarno menarik Indonesia dari keanggotaan PBB. Bukan itu saja, Sukarno menggagas terbentuknya kekuatan blok baru yang beranggotakan negara-negara berkembang untuk menyaingi dua kekuatan blok sebelumnya (Uni Soviet dan Amerikat Serikat) lewat Conference of The New Emerging Forces (Conefo), yang sedianya akan digelar akhir 1966. Meski konferensinya tak jadi dilaksanakan, peristiwa bersejarah ini tetap terekam dalam perangko peringatan seri Conefo, yang diterbitkan tahun 1963.  

Sebelumnya, sebagai tandingan Olimpiade, Sukarno menggelar The Games of the New Emerging Forces (Ganefo) di Senayan, Jakarta, pada 10–22 November 1963. Pada tahun yang sama, terbit perangko peringatan seri Ganefo, terdiri dari enam buah, dengan gambar menunjukkan semangat Ganefo.  

Akibat “kudeta merangkak” yang terjadi pada September 1965, kekuasaan Sukarno perlahan runtuh. Perangko era Sukarno pun berakhir setelah Soeharto berkuasa. Sebagian dari koleksi perangko dimiliki sejumlah kolektor. Anda bisa juga menyambangi Museum Perangko Taman Mini Indonesia Indah.  

“Sebuah perangko memuat sejarah dan peristiwa penting suatu negara,” kata Tugino, bagian penerangan di Museum Perangko Taman Mini Indonesia Indah.*

Foto-foto dari old-stamps.com

Majalah Historia No. 5 Tahun I 2012

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
660812d3986bd97905deb518