Tunisia, Bung Karno, dan Pancasila

Sukarno menjadi nama jalan di Tunisia, simbolisasi untuk menghidupkan spirit Bung Karno dan Pancasila di Tunisia.

OLEH:
Randy Wirayudha
.
Tunisia, Bung Karno, dan PancasilaTunisia, Bung Karno, dan Pancasila
cover caption
Ilustrasi Sukarno dan Habib Bourguiba. (M.A. Yusuf/Historia.ID).

SETELAH Mesir dan Maroko, kini Tunisia turut mengabadikan nama bapak bangsa sang penggali Pancasila, Ir. Sukarno, menjadi nama jalan di kawasan elite ibukotanya. Peresmiannya dihelat Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia Zuhairi Misrawi tepat di hari lahir Bung Besar, Kamis, 6 Juni 2024.

Dubes Zuhairi menguraikan, pengajuan nama jalan itu sudah disampaikannya ke otoritas ibukota Tunisia sepekan setelah menjabat, medio Januari 2022. Syaratnya pun bukan sembarangan. Setidaknya mesti tersedia naskah akademik mengenai alasan mengapa nama Bung Karno jadi nama jalan ibukota Tunis.

“Karena saya melihat bahwa pintu masuk untuk diplomasi Indonesia-Tunisia itu dari Bung Karno. Saya diminta mengirimkan alasan, [berupa] naskah akademik. Lalu kami membuat naskah akademik yang berdasarkan arsip-arsip yang ada di Tunisia. Itu lebih lengkap dari kita soal bagaimana jasa Bung Karno untuk kemerdekaan Tunisia,” terang Dubes Zuhairi kepada Historia via sambungan telepon.

SETELAH Mesir dan Maroko, kini Tunisia turut mengabadikan nama bapak bangsa sang penggali Pancasila, Ir. Sukarno, menjadi nama jalan di kawasan elite ibukotanya. Peresmiannya dihelat Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia Zuhairi Misrawi tepat di hari lahir Bung Besar, Kamis, 6 Juni 2024.

Dubes Zuhairi menguraikan, pengajuan nama jalan itu sudah disampaikannya ke otoritas ibukota Tunisia sepekan setelah menjabat, medio Januari 2022. Syaratnya pun bukan sembarangan. Setidaknya mesti tersedia naskah akademik mengenai alasan mengapa nama Bung Karno jadi nama jalan ibukota Tunis.

“Karena saya melihat bahwa pintu masuk untuk diplomasi Indonesia-Tunisia itu dari Bung Karno. Saya diminta mengirimkan alasan, [berupa] naskah akademik. Lalu kami membuat naskah akademik yang berdasarkan arsip-arsip yang ada di Tunisia. Itu lebih lengkap dari kita soal bagaimana jasa Bung Karno untuk kemerdekaan Tunisia,” terang Dubes Zuhairi kepada Historia via sambungan telepon.

Setelah diserahkan dan kemudian disetujui, prosesnya pun berlanjut ke pencarian lokasi. Maka, dipilihlah di Lac, sebuah kawasan elite yang “11-12” dengan Jalan H.R. Rasuna Said di Jakarta yang jadi area kantor-kantor duta besar negara asing.

Akan tetapi prosesnya tidak mudah. Butuh waktu hingga 2,5 tahun sampai akhirnya terwujud. Faktornya adalah menghidupkan memori kolektif publik Tunisia terkait ketokohan Bung Karno dan dukungannya terhadap kemerdekaan Tunisia.

“Jadi, [saya] ngomong terus tentang Bung Karno selama 2,5 tahun ini dan semua orang Tunisia mengatakan bahwa memang jasa Sukarno besar sekali sehingga soal wacana ini orang Tunisia mendesak untuk harus ada nama jalan Sukarno di Tunis. Karena menurut aturan di Tunisia, harus mendapat dukungan publik, apakah publik menyetujui pemberian nama tokoh dari luar negara itu,” tambahnya.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia Zuhairi Misrawi memberikan sambutan dalam peresmian Jalan Sukarno di Tunisia, 6 Juni 2024. (@zuhairimisrawi).

Pancasila dan Memori Kolektif Jasa Bung Karno

Dalam naskah akademiknya dan beberapa upaya sosialisasi penguatan persahabatan, pihak KBRI Tunis mengungkit tentang spirit Pancasila, kesamaan prinsip gotong-royong, hingga dukungan Bung Karno serta persahabatannya dengan salah satu bapak bangsa Tunisia cum presiden pertama sejak merdeka, Habib Bourgouiba.

Semangat itu, ungkap Dubes Zuhairi, sejatinya sudah eksis di masyarakat Tunisia sejak abad ke-14. Dalam Pancasila, ada semangat gotong-royong dan filosofis itu juga jadi pegangan masyarakat Tunisia yang berasal dari pemikiran filsuf Abu Zayd Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun al-Hadrami alias Ibnu Khaldun.

“Jadi, Tunisia punya budaya yang sudah kuat di mereka, budaya gotong-royong yang filosofisnya dari Ibnu Khaldun, pemikir Tunisia yang menulis [dalam kitab Muqaddimah, 1377], ‘Al-Insan madaniyyun bi ath-thob’i’, bahwa manusia itu harus gotong-royong (membantu) satu sama lain. Makanya, nilai-nilai Pancasila itu juga kokoh di sini,” sambung Dubes Zuhairi.

Hal itu, tambah Dubes Zuhairi, juga sempat ditegaskan Presiden Bourguiba saat menyambut Presiden Sukarno yang berkunjung ke ibukota Tunis medio 1960. Kunjungan tersebut disambut hangat ratusan ribu masyarakat Tunis.

“Sebagian besar warga Tunis diperintahkan Presiden Bourguiba untuk turun ke jalan menyambut Bung Karno. Habib Bourguiba dalam pidatonya saat menyambut Bung Karno, bahwa menurut dia yang menarik dari Indonesia itu Pancasila. Jadi, Pancasila itu sudah dikenal luas di sini,” ujarnya lagi.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia Zuhairi Misrawi meresmikan Jalan Sukarno di Tunisia, 6 Juni 2024. (@zuhairimisrawi).

Persahabatan Bung Karno dan Bourguiba serta masyarakat Tunisia begitu kuat karena dukungan Bung Karno terhadap kemerdekaan Tunisia. Kunjungan itu juga jadi kunjungan balasan setelah sebelumnya pada Maret 1951 Bourguiba bertamu ke Jakarta yang menghasilkan dibukanya kantor perwakilan pergerakan kemerdekaan Tunisia setahun kemudian.

“Saat itu, 1951, pemimpin besar Tunisia Habib Bourguiba berkunjung ke Indonesia dan sekaligus minta dukungan perjuangan negerinya menuju kemerdekaan. Mohammad Natsir, Perdana Menteri Indonesia, serta beberapa tokoh nasional lainnya menyambut dengan senang hati dan ditindaklanjuti dengan mendirikan Panitia Pembantu Perjuangan Kemerdekaan Tunisia,” tulis diplomat Hamid al-Hadad dalam otobiografinya, Diplomat Jadi Ustad.

Kepanitiaan itu beranggotakan Arudji Kartawinata (Partai Serikat Islam Indonesia), Albert Mangaratua Tambunan (Partai Kristen Indonesia), Ignatius Joseph Kasimo dan Hendrowahyono (Partai Katolik Indonesia), Hamid Algadri (Partai Sosialis Indonesia), dan diketuai Mohammad Natsir mewakili Partai Masjumi. Bourguiba sendiri ikut mengirimkan wakilnya ke Jakarta yang dipimpin Rachid Driss pada 1952.

“Panitia yang didukung sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia itu menyediakan kantor di Jl. Teuku Tjik di Tiro 60, Jakarta, sekaligus sebagai tempat tinggal, kendaraan dan fasilitas-fasilitas lainnya bagi wakil Tunisia,” tambahnya.

Peresmian Jalan Sukarno di Tunisia, 6 Juni 2024. (@zuhairimisrawi).

Sejarah itulah yang jadi memori kolektif rakyat Tunisia, bahwa upaya perjuangan kemerdekaan mereka juga mendapat dukungan besar dari Indonesia sejak 1950-an. Semangat gotong royong yang ada sejak lama dari pemikiran Ibnu Khaldun ditambah semangat serupa dari Pancasila membuat diplomasi Pancasila dianggap jadi pintu terdepan buat Dubes Zuhairi memperkuat persaudaraan dan persahabatan Indonesia-Tunisia.

“Itu yang saya angkat kembali dengan saya terjemahkan pidato Pancasila 1 Juni dalam bahasa Arab dan diterima luas. Saya mengadakan hari lahir Pancasila sejak saya 2022 di sini dan itu jadi kajian di kampus-kampus, di media-media yang mereka bilang pidato 1 Juni itu dahsyat dan istimewa dan itu hanya disampaikan oleh tokoh besar dan mereka tahu Bung Karno tokoh besar,” tutur Dubes Zuhairi.

Dengan membangkitkan memori tentang Bung Karno lagi di generasi muda Tunisia, besar harapannya bisa menularkan inspirasi untuk mengedepankan gotong royong, persaudaraan, dan perdamaian di dunia.

“Harapannya spirit [Konferensi] Asia-Afrika 1955 juga bisa hidup kembali untuk memecahkan masalah peta geopolitik yang semrawut ini. Masih ada [krisis] Palestina yang merupakan janji dari Asia-Afrika. Lalu [perang] Ukraina-Rusia. Jadi, bagaimana hidup itu damai, bersahabat. Harapannya spirit Asia-Afrika 1955 menginspirasi kita semua generasi kini dan yang akan datang,” tandasnya.*

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
666a5c8b032cfbae3baacbf9