Yang Santai di KAA

29 negara di kawasan Asia Afrika, ditambah tiga negara peninjau, mengirimkan delegasinya ke Bandung, guna memenuhi undangan Indonesia untuk menghadiri Konferensi Asia-Afrika. Hotel Preanger dan Savoy Homann menjadi tempat singgah para delegasi selama KAA berlangsung.

OLEH:
Aryono
.
Yang Santai di KAAYang Santai di KAA
cover caption
Masyarakat menyambut delegasi KAA. (ANRI).

DUA hari jelang KAA dibuka, para delegasi negara undangan sudah tiba di Indonesia. Para delegasi ini dari negaranya masing-masing tiba di Jakarta, lalu melanjutkan perjalanan melalui darat ke Bandung. Kota Bandung sudah dipenuhi dengan poster-poster tentang penyelenggaraan KAA.

Tepat malam Minggu, 16 April 1955, Sekretariat Bersama KAA, menghelat acara penyambutan berupa makan malam di Gedung Merdeka, yang semula disebut Gedung Concordia. Tampak dalam gambar, seorang pelayan, menuangkan minuman kepada keempat delegasi dari Afrika. Lelah akibat perjalanan panjang seolah sirna. Suasana santai, akrab, terlihat dalam acara makan tersebut.

DUA hari jelang KAA dibuka, para delegasi negara undangan sudah tiba di Indonesia. Para delegasi ini dari negaranya masing-masing tiba di Jakarta, lalu melanjutkan perjalanan melalui darat ke Bandung. Kota Bandung sudah dipenuhi dengan poster-poster tentang penyelenggaraan KAA.

Tepat malam Minggu, 16 April 1955, Sekretariat Bersama KAA, menghelat acara penyambutan berupa makan malam di Gedung Merdeka, yang semula disebut Gedung Concordia. Tampak dalam gambar, seorang pelayan, menuangkan minuman kepada keempat delegasi dari Afrika. Lelah akibat perjalanan panjang seolah sirna. Suasana santai, akrab, terlihat dalam acara makan tersebut.

Keesokan harinya, 17 April 1955, Ali Sastroamidjojo, perdana menteri Indonesia, mengundang kepala-kepala delegasi ke Jakarta untuk membicarakan secara informal aturan dan agenda konferensi. Pertemuan informal ini, tulis Panitya Penulisan Sedjarah Departemen Luar Negeri dalam Dua Puluh Lima Tahun Departemen Luar Negeri 1945-1970, menghasilkan beberapa keputusan yaitu:  

1. Ketua konferensi adalah perdana menteri Indonesia; 2. Peraturan akan disusun sesederhana mungkin; 3. Keputusan akan diambil berdasar keputusan bersama dan tidak berdasarkan suara terbanyak; 4. Sekretariat Bersama juga bertindak sebagai Sekretariat Konferensi yang sama dalam formasi dan organisasinya; 5. Membicarakan lima isu utama antara lain kerjasama ekonomi, kerjasama kebudayaan, hak asasi manusia (masalah Palestina dan rasialisme), masalah kenegaraan (Irian Barat dan Afrika Utara); perdamaian dunia dan kerjasama internasional (masalah PBB, Indo China, dan pengurangan senjata pemusnah massal).

Hari yang dinanti pun tiba. Senin yang cerah, 18 April 1955, ratusan anggota delegasi berjalan kaki dari Hotel Savoy Homann dan Hotel Preanger menyusuri Jalan Asia-Arika –mulanya disebut Jalan Raya Timur– menuju Gedung Merdeka. Mereka disambut dengan gempita oleh rakyat Bandung.  

Di Gedung Merdeka, sidang pleno selama konferensi digelar. Setiap hari, di halaman gedung, selalu dikibarkan bendera masing-masing negara peserta KAA, yang dilakukan oleh anggota Pramuka.

Sidang-sidang komite selama KAA, mau tak mau menguras pikiran para anggota delegasi. Beragam cara ditempuh para delegasi ini untuk mengendurkan syarafnya, di antaranya dengan mengisap rokok.  

Tampak para anggota delegasi dari negara Burma menikmati rokok setelah sidang komite pada 19 April 1955 selesai. Negara Burma mengirim 18 orang utusan yang dipimpin langsung oleh Perdana Menteri U Nu. Bahkan, salah satu anggota U Mya Sein, duduk sebagai salah satu anggota pimpinan Sekretariat Bersama KAA. U Mya Sein merupakan Kuasa Usaha Burma di Jakarta.

Hampir setiap malam, sepanjang konferensi berlangsung, selalu dilakukan acara santai. Seperti pada Selasa malam, 19 April 1955 di Hotel Savoy Homann, digelar makan malam bersama bagi seluruh delegasi KAA. Lidah para delegasi dimanjakan dengan sajian makanan khas Indonesia dan beberapa menu makanan internasional lain. Dalam satu meja panjang, beberapa orang tampak sibuk memilih makanan apa yang cocok bagi mereka. Tampak pula Syaikh Muhammad Amin al-Husaini, Mufti Agung Jerusalem, juga sibuk memilih makanan.

Di waktu yang sama, di kantor gubernuran, digelar semacam peragaan busana yang dihadiri para delegasi perempuan. Tampak dua peraga busana khas Bali, diikuti peraga busana dari daerah lain, berlenggak-lenggok di depan peserta delegasi KAA. Di antara barisan yang duduk, terlihat Shrimati Indira Gandhi, rombongan delegasi dari India. Delegasi India ini berjumlah 28 orang, dan dipimpin langsung oleh Shri Pandit Jawaharlal Nehru, perdana menteri India.  

Acara lain yang juga dihelat di gedung gubernuran adalah pagelaran seni dalam rangka memperingati Hari Kartini. Salah satu yang ditampilkan adalah tari kupu-kupu.

Tidak selamanya konferensi ini, terutama sidang komite berjalan mulus. Seperti yang terjadi dalam komite politik, yang diketuai Ali Sastroamidjojo sendiri. Ada sedikit perbedaan mengenai pandangan politik dan masalah yang dihadapi oleh negara-negara Asia-Afrika yang muncul selama sesi.  

Rosihan Anwar, salah satu wartawan yang meliput kegiatan KAA, dalam bukunya Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia Volume 2, menuliskan kebuntuan di komite politik ini karena adanya perbedaan pendapat antara negara-negara non-alligned dan negara-negara yang terikat dengan Barat.

Dalam suasana seperti ini, maka setiap ada sesi istirahat selalu digunakan semaksimal mungkin oleh para peserta. Tampak Savag Jung Thapa, menteri luar negeri Nepal yang juga ketua delegasi negara Nepal, sedang menyulut rokok. Ia tidak menyulut rokok dari korek api, melainkan dari api lilin yang diedarkan secara keliling oleh seorang gadis.  

Kemudian tampak pula Sayyid Ismail al-Azhari, delegasi dari Sudan, menerima minuman yang diantarkan oleh gadis berkebaya.

Kegiatan dalam rangkaian KAA rupanya tak melulu rapat, sidang, dan konferensi. Panitia KAA juga mempersiapkan semacam acara pameran yang menampilkan produk-produk khas Indonesia. Peserta pun antusias mengunjungi stan-stan pameran ini.  

Jose Fuentebella dan istrinya tampak sedang mengunjungi stan pameran produk pertanian. Jose Fuentebella adalah satu dari 20 anggota delegasi negara Filipina yang dipimpin langsung oleh Carlos P. Romulo, menteri luar negeri Filipina. Lalu di stan pameran lain, tampak Khalid al-Azm, menteri luar negeri Syiria yang juga ketua delegasi, melihat miniatur sawah.

Kemudian seorang delegasi dari Sudan mengagumi kain batik yang dipamerkan. Beberapa delegasi perempuan atau istri delegasi mengunjungi beberapa toko cenderamata di kota Bandung dan terlihat sedang bertransaksi di sana.

Lewat sidang pleno dan sidang komite yang riuh, pada Minggu malam, 24 April 1955, tersusun hasil KAA yang dikenal dengan Dasa Sila Bandung. Setelah penutupan konferensi, para delegasi masih beramah-tamah, mungkin juga sebagai pertemuan terakhir di Bandung sebelum mereka kembali ke negara masing-masing.  

Tampak dalam satu meja, duduk beberapa pemimpin delegasi dalam satu meja makan. Ali Sastroamidjojo, sebelah kirinya duduk Indira Gandhi, disusul Gamal Abdul Nasser, lalu Mufti al-Husaini. Lalu yang membelakangi kamera, jika dilihat dari atribut yang dipakai, adalah Nehru (berpeci putih) dan U Nu (memakai kain kepala). Hidangan yang mereka santap salah satunya adalah sate.*

Foto-foto koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)

Majalah Historia No. 22 Tahun II 2015

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
660ed1f825578527855f5186
X

Pengumuman

Website Historia.ID Premium akan dinonaktifkan per akhir Februari 2025 karena kami sedang melakukan migrasi konten ke website Historia.ID

Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.

Terima kasih
Historia.ID