Yesus Historis

Buku karya Louay Fatoohi ini berupaya memperlihatkan konsistensi Al-Qur’an tentang Yesus dan keselarasannya dengan fakta-fakta sejarah.

OLEH:
Annisa Mardiani
.
Yesus HistorisYesus Historis
cover caption
Adoration of The Shepherds karya Bartolome Esteban Murillo, 1668-an.

LOUAY Fatoohi masih berusia delapan tahun ketika bermimpi berjumpa dengan Yesus, sosok yang dia dengar kisah dan ajaran-ajarannya di sekolah dasar Katolik. Dia melihat dirinya berjalan bergandengan dengannya di padang hijau nan indah. Yesus tampak seperti gambaran-gambaran tentang dirinya. Perjumpaan ini tanpa perbincangan, namun Fatoohi terbangun dengan perasaan puas.

Fatoohi lahir dari keluarga Kristen Irak –ayah Katolik dan ibu Ortodoks– yang tak begitu religius. Fatoohi mendapat pengaruh kuat ajaran Kristen di sekolah. Namun, ketertarikannya pada agama memudar ketika sekolah menengah, dan akhirnya memutuskan jadi ateis ketika masuk kuliah. Pertemanannya dengan seorang muslim liberallah yang mendorongnya masuk Islam. Dan keseriusannya mempelajari Al-Qur’an, seperti halnya penelaahannya atas Injil, mendorongnya menulis sebuah buku mengenai Yesus, yang diyakininya “benar-benar bisa memberi kontribusi baru bagi literatur yang sudah ada.”

LOUAY Fatoohi masih berusia delapan tahun ketika bermimpi berjumpa dengan Yesus, sosok yang dia dengar kisah dan ajaran-ajarannya di sekolah dasar Katolik. Dia melihat dirinya berjalan bergandengan dengannya di padang hijau nan indah. Yesus tampak seperti gambaran-gambaran tentang dirinya. Perjumpaan ini tanpa perbincangan, namun Fatoohi terbangun dengan perasaan puas.

Fatoohi lahir dari keluarga Kristen Irak –ayah Katolik dan ibu Ortodoks– yang tak begitu religius. Fatoohi mendapat pengaruh kuat ajaran Kristen di sekolah. Namun, ketertarikannya pada agama memudar ketika sekolah menengah, dan akhirnya memutuskan jadi ateis ketika masuk kuliah. Pertemanannya dengan seorang muslim liberallah yang mendorongnya masuk Islam. Dan keseriusannya mempelajari Al-Qur’an, seperti halnya penelaahannya atas Injil, mendorongnya menulis sebuah buku mengenai Yesus, yang diyakininya “benar-benar bisa memberi kontribusi baru bagi literatur yang sudah ada.”

Menurut Fatoohi, banyak karya sarjana Barat mengkaji kehidupan Yesus. Isinya, ada yang mendukung sepenuhnya, mendukung sebagian, atau menolak penjelasan Injil tentang Yesus dan kehidupannya. Kajian-kajian tersebut umumnya bersandar pada Perjanjian Baru, naskah Kristen, naskah Yahudi, dan sumber sejarah lainnya.

Louay Fatoohi dalam dialog dengan Paul Williams di Youtube Blogging Theology.

Terdapat pula karya-karya sarjana Barat yang menggunakan Al-Qur’an untuk mengkaji sosok Yesus. Sebut saja Jesus and the Muslim: An Exploration karya Kenneth Cragg dan Jesus in the Quran karya Geoffrey Parrinder. Dengan memaparkan perbedaan dari Al-Qur’an dan Alkitab, karya-karya ini menyimpulkan kebenaran kisah kehidupan Yesus dalam Alkitab dan adanya kesalahpahaman umat Islam akan teologi Kristen yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Sebaliknya, karya-karya sarjana muslim tentang Yesus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama. Mereka hanya mengutip Alkitab untuk kemudian diruntuhkan dengan dasar sumber-sumber Islam.

Lewat buku The Mystery of Historical Jesus (Mizan, 2012, 851 halaman), Fatoohi, seorang doktor astronomi lulusan Universitas Durham, Inggris, yang menekuni kajian kitab suci, mencoba menggunakan sumber-sumber secara berimbang, baik Al-Qur’an maupun Alkitab, khususnya Perjanjian Baru, dan sumber historis berupa naskah atau kajian sejarah terdahulu.

Buku karya Louay Fatoohi.

Kelahiran Yesus

Yesus terlahir dari rahim seorang Maria. Terdapat perbedaan soal kehamilan Maria yang tersurat dalam Al-Qur’an dan Alkitab. Al-Qur’an menegaskan kehamilan Maria bersifat perawan dan ada andil dari Jibril. Sedangkan Injil Matius dan Injil Lukas sepakat Roh Kudus terlibat dalam kehamilan perawan Maria.

Waktu dan tempat kelahiran Yesus pun jadi perdebatan. Al-Qur’an tak pernah menyatakan secara jelas, hanya menyebutkan Yesus lahir di bawah pohon kurma. Sementara sumber-sumber Kristen saling bertentangan dalam menyiratkan waktu kelahiran Yesus. Menurut Fatoohi, Injil Matius menyiratkan Yesus lahir semasa kekuasaan Herodes, sedangkan Injil Lukas dan Injil-injil apokrifal menyiratkan Yesus dilahirkan satu dekade setelah kematian Herodes.

Tentang kelahiran Yesus, Fatoohi menambahkan, “Perayaan kelahiran Yesus oleh orang Kristen pada 25 Desember tidak ada hubungannya dengan hari lahir Yesus.” Tanggal ini kali pertama diidentifikasi sebagai hari lahir Yesus pada 221 M oleh sejarawan Africanus. Umumnya diyakini bahwa gereja Katolik memilih 25 Desember karena bersamaan dengan perayaan dewa matahari kaum pagan, “Sehingga memudahkan bagi kaum pagan untuk memeluk Kristen,” tulis Fatoohi.

Selain perkara kelahiran Yesus, kisah Maria dan Yusuf, tukang kayu yang jadi suami Maria, serta saudara-saudara Yesus dalam Alkitab pun dibahas Fatoohi sebagai hal yang selalu diperdebatkan para sarjana selama berabad-abad. Surat-surat Paulus, misalnya, menjelaskan tentang adanya saudara Yesus. Masalahnya, apakah saudara kandung ataukah bukan. Hal ini berbeda dengan apa yang dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa Yesus tak memiliki saudara kandung.

Carrying the Cross karya Giovanni Battista Tiepolo, 1738-an.

Penyaliban Yesus dan Ajaran Kristen

Ketika mulai menyebarkan ketauhidan, Yesus tak populer di kalangan Yahudi, terutama otoritas agama. Yesus kemudian “diincar” untuk kemudian disalib. Fatoohi memakai perspektif kisah dalam Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa orang Yahudi salah mengidentifikasi sasaran. Mereka menyalib orang lain, bukan Yesus. Allah mengangkat Yesus ke sebuah tempat di langit.

Dalam kisah Injil, penuhanan Yesus dimulai setelah dia meninggalkan bumi, sebelum dia wafat. Doktrin Paulus, tokoh penting dalam penyebaran dan perumusan ajaran Kristen, terutama tentang penebusan dosa, jadi doktrin utama ajaran Kristen. Fatoohi berpendapat, “Yesus tidak mati dibunuh, jadi dia tidak mati demi siapa pun. Yesus tak ada kaitannya dengan apa pun yang belakangan diajarkan Paulus tentang dia.” Fatoohi berpendapat, teologi salib, yang meyakini penyaliban Yesus sebagai pengorbanan Yesus untuk umatnya, bukan hanya tak memiliki fondasi historis melainkan juga bertentangan dengan keadilan ilahi.

Yesus kerap disebut sebagai Sang Mesias. Kaum Yahudi tak mempercayainya. Islam dan Kristen mempercayainya dengan segala perbedaan gambaran. Islam menyebut Yesus sebagai Mesias (Al-Masih), sang juru selamat yang akan turun kembali ke bumi. Sedangkan dalam ajaran Kristen, Yesus adalah Mesias (Kristus) yang akan kembali ke bumi untuk mendirikan Kerajaan Allah. Tapi, menurut Fatoohi, Yesus mati, Muhammad datang, dan tak ada kedatangan Yesus kembali. Pemahaman kedatangan Mesias dari Kristen maupun Islam dianggap sama-sama tak otentik.

Dalam buku ini, Fatoohi punya kecenderungan pada Al-Qur’an sebagai sumber, mengingat pendekatan Qurani yang dia gunakan dan dia seorang muslim. Fatoohi beralasan, “Al-Qur’an menyajikan gambaran tentang Yesus yang logis dan konsisten, sedangkan Injil-injil menyajikan gambaran yang saling bertentangan.” Buku ini juga punya kelemahan dalam metodologi karena memandang Kitab Suci, baik Perjanjian Baru maupun Al-Qur’an, sebagai teks sejarah, sementara di sisi lain Fatoohi mengabaikan konteks sejarah dan budaya dari kehidupan dan keyakinan komunitas Kristen awal. Praktis, Fatoohi gagal menangkap gambaran utuh sosok Yesus.

Toh, Fatoohi berharap karyanya akan menggelitik sarjana maupun pembaca Barat, yang jadi sasaran bukunya, untuk menengok Al-Qur’an sebagai bahan kajian yang terpercaya.*

Majalah Historia No. 8 Tahun I 2012

Buy Article
Punya usulan tema?
promo
Apa tema menarik yang menurut anda layak ditulis untuk Historia Premium
SUBSCRIBE TO GET MORE
If you have a topic that you would like to publish into the Historia Premium, write an abstract and propose it to the internal communication team!
Subscribe
61dd035df96feb03f800b713
6501239d41d1a06b9b5dae3f